Entri Populer
-
Keadilan Allah Bagi Orang Pilihan ANALISA EKSEGESIS MAZMUR 26:1-12 Oleh : Venny E.H. Sariowan, M.DivKeadilan Allah Bagi Orang Pilihan ANALISA EKSEGESIS MAZMUR 26:1-12 Oleh : Venny E.H. Sariowan, M.Div PENDAHULUAN A....
-
JUMAT AGUNG APRIL 2011 MAJELIS DAN HAMBA TUHAN TENTANG SALIB KRISTUS (disadur dari Renungan Perspektif GKA Gloria) Hari “Kes...
-
PERAYAAN PASKAH GKKAI SINGARAJA MINGGU, 24 APRIL 2011 VIDEO PERAYAAN PASKAH FOTO-FOTO PERAYAAN PASKAH Add caption
-
GKKAI CABANG SINGARAJA: PERAYAAN PASKAH
-
KETAATAN BUKAN SEBUAH PILIHAN TAPI KEWAJIBAN Paulus: "Kepada penglihatan (visi) yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat"...
-
GKKAI CABANG SINGARAJA: PERAYAAN PASKAH
-
sttiaa.wordpress.com http://www.facebook.com/home.php?sk=group_152784851457812&ap=1 Pernah dengar lagu ”The greatest love of all” ...
Minggu, 26 Juni 2011
Sabtu, 25 Juni 2011
FOTO JUMAT AGUNG
JUMAT AGUNG APRIL 2011
MAJELIS DAN HAMBA TUHAN
TENTANG SALIB KRISTUS
(disadur dari Renungan Perspektif GKA Gloria)
Hari “Kesengsaraan Tuhan Yesus” kita sebut “Jumat Agung”. Ada banyak orang memahami hari yang bersejarah bagi iman Kristen tersebut, tetapi adakah orang yang hadir pada hari yang Agung itu? Ketika Yesus disalib, orang-orang Yahudi, serdadu-serdadu dan prajurit-prajurit Romawi merayakan kemenangan kematian Yesus di atas kayu salib. Murid-murid merasa gagal dan sirna harapannya. Bagi Allah merupakan suatu kemenangan, rencanaNya yang dinubuatkan berabad-abad dan misi yang mulia dalam diri Tuhan Yesus sudah digenapi secara sempurna, maka Yesus berkata: “Sudah selesai” (Yoh. 19:30). Bagaimanakah sikap orang-orang menyambut hari-hari kesengsaraan Yesus?
At the Cross (Mat. 27:27-31)
Ketika Yesus digiring serdadu-serdadu dan wali negeri ke pengadilan, namun tidak ada keadilan untukNya. Mereka melecehkan Yesus, pakaianNya dicopot satu persatu. Mereka mengenakan mahkota duri sebagai penghinaan dan penyiksaan. Mereka mengolok-olok Dia, katanya: “Salam, hai Raja orang Yahudi!” Mereka meludahiNya dan mengambil bulu itu dan memukulkannya ke kepalaNya.” (Mat. 27:27-31). Lalu mereka keluar untuk menyalibkan Dia. Bukankah hari ini masih banyak orang turut melecehkan Kristus dan menyiksa pengikut-pengikutNya? Apa yang kita lakukan di samping salibNya?
Take Up the Cross (Mat. 27:32-44)
Dalam perjalanan menuju ke bukit Golgota, Yesus tidak kuat lagi memikul salibNya, mereka memaksa Simon untuk memikul salib Yesus (Mat. 27:32). Di manakah murid-muridNya tidak ada satupun yang datang ikut menggotong salib Yesus, di manakah penggemar/pengikut Yesus, yang pernah mengecap berbagai kesembuhan, orang buta, orang tuli, orang timpang, yang kerasukan, yang dikenyangkan oleh roti dan yang dibangkitkan dari kematian? TIDAK ADA SATUPUN yang menawarkan diri dengan sukarela memikul salibNya. Yesus pernah berkata, “Barang siapa tidak memikul salibNya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu.” (Mat. 10:38). Hari ini banyak orang tidak rela memikul salibnya sendiri jika ada itu karena terpaksa. Tuhan Yesus rela memikul salib untuk kita, hidup matiNya berarti bagi kita. Charles Spurgeon, berkata ”As long there is breath in our bodies, let us serve Christ; as long as we can thinks, we can speak, we can work, let us serve him with our last gasp, let set some work to glorify Him before we face dead.”
Die On the Cross (Mat 27:45-56)
Sesudah Yesus berteriak, “Eli, Eli lama sabakhtani” (Mat. 27:46) Lalu, “Yesus, berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawaNya.” (Mat. 27:50). Inilah kematian yang paling besar, kematian di atas kayu salib bukan karena kejahatan diriNya. Selama berabad-abad hukuman perbuatan jahat/dosa oleh Romawi berakhir di kayu salib. Tapi Kematian Yesus adalah demi dosa-dosa manusia, bukan karena diriNya. Kematian yang sangat berarti dan mulia bagi kita semua.
Maynard Belt dalam khotbahnya “Anda Tidak Dapat Minum Anggur.” Ilustrasi ini memberi makna rohani yang dalam. Saat Perjamuan, Tuhan menggunakan dua simbol, yaitu makan roti dan minum anggur. Roti melambangkan tubuh Kristus; anggur melambangkan darahNya yang tercurah. Akan tetapi bagaimanakah anggur-anggur tersebut dapat menjadi minuman harum dan manis? Anggur yang matang dan lezat harus dihancurkan dan diperas seluruh airnya baru bisa menjadi minuman harum dan manis.
Untuk menggenapkan rencana Allah, Tubuh Yesus harus diremukkan, seperti yang dikatakan dalam Yesaya, “Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia. Ia dihina dan dihindari orang…” (Yes. 53:2-3). Ia mati, darahNya yang tercurah untuk menebus dosa-dosa kita. Jumat Agung, karena ada karya yang Agung di hari Jumat. Adakah kita bersyukur dan mati untukNya?
Isaac Watts menulis sebuah lagu, “At the Cross” Ia menyadari kematian Yesus di atas kayu salib adalah karya terbesar. Kristus rela mati untuk kita yang tidak layak (seperti cacing).
Alas! And did my savior bleed And did my Sov’reign die?
Would He devote that sacred head For such a worm as I.
Was it for crimes that I have done He groaned upon the tree?
Amazing pity! Grace unknown! And love beyond degree!
At the cross, at the cross where I first saw the light, and the burben of my heart rolled away.
It was there by faith.
I receive my sight, and now I am happy all the way.
Kamis, 16 Juni 2011
Citra Diri yang Positif
sttiaa.wordpress.comhttp://www.facebook.com/home.php?sk=group_152784851457812&ap=1
Pernah dengar lagu ”The greatest love of all” yang dinyanyikan oleh Whitney Houston? Salah satu bait dari lagu ini mengatakan bahwa ”Belajar mencintai diri sendiri merupakan bentuk cinta yang teragung” (Learning to love yourself is the greatest love of all). Mencintai diri sendiri di sini bukan berarti kita menjadi orang yang sombong dan takabur, melainkan kita memiliki citra diri yang positif.
Mengapa citra diri positif itu penting, apa manfaat dari memiliki citra diri positif, serta kiat apa yang perlu kita terapkan untuk membentuk citra diri yang positif? Jawabannya ada di pembahasan berikut. Selamat membaca.
PENTINGNYA CITRA DIRI POSITIF
”You are what you think,” demikian kata pepatah. Jadi jika kita memiliki citra diri positif, maka kita akan mengalami berbagai macam hal positif sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Rendall Fitzgerald percaya bahwa orang yang memiliki citra positif adalah orang yang beruntung, dan orang yang beruntung akan menikmati banyak hal yang menguntungkan, antara lain:
Membangun Percaya Diri. Citra diri yang positif secara alamiah akan membangun rasa percaya diri, yang merupakan salah satu kunci sukses. Dengan citra diri positif, Christopher ”Superman” Reeves, aktor pemeran tokoh Superman, yang menjadi lumpuh dari leher ke bawah setelah mengalami kecelakaan dalam berkuda, tidak berlama-lama menangisi nasibnya yang sepertinya terlihat buruk. Citra dirinya yang positif mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang masih dapat ia lakukan. Fokus pada hal-hal yang masih bisa dilakukan (bukannya pada hal-hal yang sudah tidak bisa ia lakukan lagi), berhasil mendongkrak rasa percaya diri Reeves.
Dengan rasa percaya diri tinggi ini, Reeves bertindak untuk tetap berkarya. Ia berkeliling menjadi pembicara motivasional yang memberikan semangat kepada mereka yang menderita kelumpuhan yang sama untuk tidak menyerah dan menangisi nasib, tetapi mencari hal-hal yang masih bisa dilakukan. Selain itu, Reeves juga mulai menyutradarai sebuah film tentang seorang gadis cerdas dan aktif yang mengalami kecelakaan serupa yang dialami Reeves. Gadis ini, yang memang sudah memiliki citra diri positif, masih bisa tetap berkarya bagi masyarakat sekitarnya dengan pemikiran dan ide-ide briliannya yang dituangkan dalam berbagai tindakan nyata dan hasil tulisan.
Meningkatkan Daya Juang. Dampak langsung dari citra diri positif adalah semangat juang yang tinggi. Orang yang memiliki citra diri positif, percaya bahwa dirinya jauh lebih berharga daripada masalah, ataupun penyakit yang sedang dihadapinya. Ia juga bisa melihat bahwa hidupnya jauh lebih indah dari segala krisis dan kegagalan jangka pendek yang harus dilewatinya. Seperti juga Reeves, Lance Armstrong, pebalap sepeda internasional yang menderita kanker testis tidak menyerah pada penyakit yang merongrongnya. Segala upaya dijalaninya dengan tekun untuk mengalahkan penyakit ini dan meraih kembali gelar juara dunia yang sempat ditinggalkannya selama berjuang menuju pemulihan dari sakit kanker. Usahanya tidak sia-sia, Lance Armstrong berhasil meraih kembali gelar-gelar juara dunia bergengsi satu demi satu.
MANFAAT CITRA DIRI POSITIF
Seseorang yang memiliki citra diri yang positif mendapatkan berbagai manfaat, bagi yang berdampak positif bagi dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya.
Membawa Perubahan Positif. Orang yang memiliki citra diri positif senantiasa mempunyai inisiatif untuk menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan tempat ia berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan menjadi lebih baik, sebaliknya, mereka akan melakukan perubahan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Norman Monath yang diberhentikan dari pekerjaannya di sebuah penerbitan, tidak berlama-lama menangisi nasib. Ia berinisiatif mengubah kehidupannya dari titik rendah menuju puncak. Ia menghubungi beberapa relasi, teman dan kerabat yang dipercayai memiliki pengalaman berharga dalam membangun bisnis penerbitan. Ia juga tidak menunggu sampai ia memiliki uang yang cukup untuk membangun bisnis, ia menciptakan peluang untuk mendapatkan investor yang bersedia untuk mempercayakan uang mereka untuk dikelola oleh Norman Monath.
Usaha Monath pun akhirnya membuahkan hasil, ia berhasil membangung usaha penerbitannya sendiri dengan modal dana dan ide dari relasi yang berhasil diyakinkannya. Florence Nightingale, perawat yang melihat keburukan pelayanan kesehatan semasa perang, juga memiliki citra diri positif. Ia tidak pasrah saja pada keadaan kebersihan yang buruk, dan pendataan pasien yang tidak sistematis semasa perang. Ia membuat banyak perubahan di industri rumah sakit dengan menetapkan standar kebersihan dan sistem administrasi yang teroganisasi dengan rapih, sehingga pasien yang perlu perawatan di rumah sakit bisa menikmati kualitas layanan yang prima. Perubahan yang digulirkan oleh Florence akhirnya mampu merevolusi industri kesehatan saat itu, dan banyak diikuti oleh rumah sakit di berbagai negara di seluruh dunia.
Mengubah Krisis Menjadi Keberuntungan. Selain membawa perubahan positif, orang yang memiliki citra positif juga mampu mengubah krisis menjadi kesempatan untuk meraih keberuntungan. Citra diri yang positif mendorong orang untuk menjadi pemenang dalam segala hal. Menurut orang-orang yang bercitra diri positif kekalahan, kegagalan, kesulitan dan hambatan sifatnya hanya sementara. Fokus perhatian jangan pada kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, melainkan perlu diarahkan pada jalan keluar. Menurut Helen Keller, seringkali kita memandang pada pintu yang tertutup terlalu lama, sehingga kita tidak melihat bahwa ada pintu-pintu kesempatan lain yang terbuka untuk kita. Kita seringkali memandang dan menyesali kegagalan, krisis dan masalah yang menimpa terlalu lama, sehingga kita kehilangan harapan dan semangat untuk melihat kesempatan lain yang sudah terbuka bagi kita. John Forbes Nash, pemenang nobel di bidang ilmu pengetahuan ekonomi dan matematika, justru merasa tertantang ketika mengalami soal matematika atau permasalahan ekonomi yang sulit. Kesulitan-kesulitan ini menurut Forbes, merupakan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya memecahkan masalah tersebut. Kesulitan dan masalah dalam matematika dan ekonomi, mendorongnya untuk mencari cara-cara baru yang lebih efektif dan kreatif sebagai solusi bagi permasalahan tersebut.
STRATEGI MEMBANGUN CITRA DIRI POSITIF
Setelah kita menyadari pentingnya memiliki citra diri positif, dan manfaat memiliki citra diri positif, tentunya kita juga ingin tahu bagaimana membangun citra diri yang positif.
Persiapan. Salah satu kunci keberhasilan adalah citra diri positif. Salah satu cara membangun citra diri positif adalah melalui persiapan. Prinsip ini dipegang teguh oleh Arthur Ashe, mantan juara tenis internasional dari Amerika Serikat. Dengan persiapan yang cukup, kita menjadi lebih yakin akan kemampuan kita meraih sukses. Keyakinan ini merupakan modal dasar meraih keberuntungan. Dengan melakukan persiapan, kita sudah berhasil memenangkan separuh dari pertarungan. Persiapan menuntun kita untuk mengantisipasi masalah, mencari alternatif solusi, dan menyusun strategi sukses. Tim sepak bola Korea Selatan yang beberapa tahun lalu secara mengejutkan berhasil memasuki babak bergengsi di Piala Dunia sepak bola beberapa saat yang lalu dan membukukan prestasi sebagai tim sepak bola Asia pertama yang pernah mencapai prestasi tertinggi. Walaupun akhirnya belum memenangkan pertandingan, Tim Sepak Bola Korea Selatan ini telah mampu membuat dunia berdecak.
Prestasi luar biasa dari Tim ini tidak terlepas dari persiapan yang matang yang diterapkan oleh pelatih mereka Guus Hiddink. Jauh sebelum bertanding di Piala Dunia, tim ini sudah menjalani berbagai latihan fisik, dan pertandingan dengan tim-tim lain untuk uji coba kemampuan. Segala strategi juga dianalisis dengan teliti untuk kemudian dicari titik lemah dan titik unggul. Setelah itu titik unggul dari strategi yang satu dikombinasikan dengan titik unggul dari strategi lain untuk mendapatkan strategi yang lebih efektif. Hasilnya memang tidak mengecewakan, dengan persiapan yang tepat, dan matang, Tim Korea berhasil mengagetkan dunia dengan prestasi mereka yang gemilang.
Berpikir Unggul. Untuk membangun citra diri yang positif, kita harus berpikir unggul. Cara berpikir unggul seperti ini akan mendorong kita untuk senantiasa berusaha menghasilkan karya terbaik. Mereka tidak akan berhenti sebelum mereka dapat mempersembahkan sebuah mahakarya. Muhammad Ali, petinju asal Amerika Serikat, telah menjadi petinju legendaris dengan segudang prestasi yang membanggakan. Semua ini dapat diraih Ali karena selalu berpikir unggul. Setiap kali bertanding, yang dipikirkan oleh Ali adalah kemenangan. Ali tidak pernah berpikir kalah, tetapi selalu berpikir menang. Dengan tujuan kemenangan, Ali dan pelatih serta semua yang mendukungnya berlatih dan menyusun strategi untuk membukukan kemenangan yang sudah dipikirkan sebelumnya.
Belajar Berkelanjutan. Selain melalui persiapan yang tepat serta berpikir unggul, citra diri positif juga bisa dibangun melalui komitmen pada pembelajaran berkelanjutan. Hasil belajar akan membawa perubahan positif dengan menambah nilai bagi orang yang berhasil mendapatkan pengetahuan ataupun keterampilan baru, yang bisa dijadikannya modal untuk maju meraih sukses. Tanpa semangat untuk senantiasa mengembangkan diri, orang yang sudah memiliki citra positif bisa saja lalu kehilangan citranya tersebut karena tidak dianggap ”unggul” lagi atau tidak dianggap mampu menambah nilai bagi masyarakat sekitar melalui karya-karya yang dihasilkannya. Jika banyak penyanyi lain hanya mampu mempertahankan prestasi dan popularitasnya untuk sesaat saja, lain dengan Iwan Fals. Penyanyi kawakan yang satu ini, sampai saat ini masih mampu mengibarkan prestasi dan popularitasnya. Semua keberhasilan diraih oleh ”Lelaki Pilihan” ini melalui kesediaannya untuk belajar dari para musisi dan pendukung di sekitarnya. Ia juga tidak malu-malu untuk belajar dari para musisi muda, sehingga hasil pembelajarannya ini menghasilkan album kolaborasi yang berhasil meraih banyak penghargaan. Tidak heran jika Iwan Fals dijuluki sebagai penyanyi yang tidak memiliki fans tetapi memiliki ”umat” (karena fans Iwan sangat fanatik dan sangat banyak).
Ingin meraih keberuntungan? Jangan lupa membangun citra diri yang positif. Sukses untuk Anda!
Mengapa citra diri positif itu penting, apa manfaat dari memiliki citra diri positif, serta kiat apa yang perlu kita terapkan untuk membentuk citra diri yang positif? Jawabannya ada di pembahasan berikut. Selamat membaca.
PENTINGNYA CITRA DIRI POSITIF
”You are what you think,” demikian kata pepatah. Jadi jika kita memiliki citra diri positif, maka kita akan mengalami berbagai macam hal positif sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Rendall Fitzgerald percaya bahwa orang yang memiliki citra positif adalah orang yang beruntung, dan orang yang beruntung akan menikmati banyak hal yang menguntungkan, antara lain:
Membangun Percaya Diri. Citra diri yang positif secara alamiah akan membangun rasa percaya diri, yang merupakan salah satu kunci sukses. Dengan citra diri positif, Christopher ”Superman” Reeves, aktor pemeran tokoh Superman, yang menjadi lumpuh dari leher ke bawah setelah mengalami kecelakaan dalam berkuda, tidak berlama-lama menangisi nasibnya yang sepertinya terlihat buruk. Citra dirinya yang positif mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang masih dapat ia lakukan. Fokus pada hal-hal yang masih bisa dilakukan (bukannya pada hal-hal yang sudah tidak bisa ia lakukan lagi), berhasil mendongkrak rasa percaya diri Reeves.
Dengan rasa percaya diri tinggi ini, Reeves bertindak untuk tetap berkarya. Ia berkeliling menjadi pembicara motivasional yang memberikan semangat kepada mereka yang menderita kelumpuhan yang sama untuk tidak menyerah dan menangisi nasib, tetapi mencari hal-hal yang masih bisa dilakukan. Selain itu, Reeves juga mulai menyutradarai sebuah film tentang seorang gadis cerdas dan aktif yang mengalami kecelakaan serupa yang dialami Reeves. Gadis ini, yang memang sudah memiliki citra diri positif, masih bisa tetap berkarya bagi masyarakat sekitarnya dengan pemikiran dan ide-ide briliannya yang dituangkan dalam berbagai tindakan nyata dan hasil tulisan.
Meningkatkan Daya Juang. Dampak langsung dari citra diri positif adalah semangat juang yang tinggi. Orang yang memiliki citra diri positif, percaya bahwa dirinya jauh lebih berharga daripada masalah, ataupun penyakit yang sedang dihadapinya. Ia juga bisa melihat bahwa hidupnya jauh lebih indah dari segala krisis dan kegagalan jangka pendek yang harus dilewatinya. Seperti juga Reeves, Lance Armstrong, pebalap sepeda internasional yang menderita kanker testis tidak menyerah pada penyakit yang merongrongnya. Segala upaya dijalaninya dengan tekun untuk mengalahkan penyakit ini dan meraih kembali gelar juara dunia yang sempat ditinggalkannya selama berjuang menuju pemulihan dari sakit kanker. Usahanya tidak sia-sia, Lance Armstrong berhasil meraih kembali gelar-gelar juara dunia bergengsi satu demi satu.
MANFAAT CITRA DIRI POSITIF
Seseorang yang memiliki citra diri yang positif mendapatkan berbagai manfaat, bagi yang berdampak positif bagi dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya.
Membawa Perubahan Positif. Orang yang memiliki citra diri positif senantiasa mempunyai inisiatif untuk menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan tempat ia berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan menjadi lebih baik, sebaliknya, mereka akan melakukan perubahan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Norman Monath yang diberhentikan dari pekerjaannya di sebuah penerbitan, tidak berlama-lama menangisi nasib. Ia berinisiatif mengubah kehidupannya dari titik rendah menuju puncak. Ia menghubungi beberapa relasi, teman dan kerabat yang dipercayai memiliki pengalaman berharga dalam membangun bisnis penerbitan. Ia juga tidak menunggu sampai ia memiliki uang yang cukup untuk membangun bisnis, ia menciptakan peluang untuk mendapatkan investor yang bersedia untuk mempercayakan uang mereka untuk dikelola oleh Norman Monath.
Usaha Monath pun akhirnya membuahkan hasil, ia berhasil membangung usaha penerbitannya sendiri dengan modal dana dan ide dari relasi yang berhasil diyakinkannya. Florence Nightingale, perawat yang melihat keburukan pelayanan kesehatan semasa perang, juga memiliki citra diri positif. Ia tidak pasrah saja pada keadaan kebersihan yang buruk, dan pendataan pasien yang tidak sistematis semasa perang. Ia membuat banyak perubahan di industri rumah sakit dengan menetapkan standar kebersihan dan sistem administrasi yang teroganisasi dengan rapih, sehingga pasien yang perlu perawatan di rumah sakit bisa menikmati kualitas layanan yang prima. Perubahan yang digulirkan oleh Florence akhirnya mampu merevolusi industri kesehatan saat itu, dan banyak diikuti oleh rumah sakit di berbagai negara di seluruh dunia.
Mengubah Krisis Menjadi Keberuntungan. Selain membawa perubahan positif, orang yang memiliki citra positif juga mampu mengubah krisis menjadi kesempatan untuk meraih keberuntungan. Citra diri yang positif mendorong orang untuk menjadi pemenang dalam segala hal. Menurut orang-orang yang bercitra diri positif kekalahan, kegagalan, kesulitan dan hambatan sifatnya hanya sementara. Fokus perhatian jangan pada kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, melainkan perlu diarahkan pada jalan keluar. Menurut Helen Keller, seringkali kita memandang pada pintu yang tertutup terlalu lama, sehingga kita tidak melihat bahwa ada pintu-pintu kesempatan lain yang terbuka untuk kita. Kita seringkali memandang dan menyesali kegagalan, krisis dan masalah yang menimpa terlalu lama, sehingga kita kehilangan harapan dan semangat untuk melihat kesempatan lain yang sudah terbuka bagi kita. John Forbes Nash, pemenang nobel di bidang ilmu pengetahuan ekonomi dan matematika, justru merasa tertantang ketika mengalami soal matematika atau permasalahan ekonomi yang sulit. Kesulitan-kesulitan ini menurut Forbes, merupakan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya memecahkan masalah tersebut. Kesulitan dan masalah dalam matematika dan ekonomi, mendorongnya untuk mencari cara-cara baru yang lebih efektif dan kreatif sebagai solusi bagi permasalahan tersebut.
STRATEGI MEMBANGUN CITRA DIRI POSITIF
Setelah kita menyadari pentingnya memiliki citra diri positif, dan manfaat memiliki citra diri positif, tentunya kita juga ingin tahu bagaimana membangun citra diri yang positif.
Persiapan. Salah satu kunci keberhasilan adalah citra diri positif. Salah satu cara membangun citra diri positif adalah melalui persiapan. Prinsip ini dipegang teguh oleh Arthur Ashe, mantan juara tenis internasional dari Amerika Serikat. Dengan persiapan yang cukup, kita menjadi lebih yakin akan kemampuan kita meraih sukses. Keyakinan ini merupakan modal dasar meraih keberuntungan. Dengan melakukan persiapan, kita sudah berhasil memenangkan separuh dari pertarungan. Persiapan menuntun kita untuk mengantisipasi masalah, mencari alternatif solusi, dan menyusun strategi sukses. Tim sepak bola Korea Selatan yang beberapa tahun lalu secara mengejutkan berhasil memasuki babak bergengsi di Piala Dunia sepak bola beberapa saat yang lalu dan membukukan prestasi sebagai tim sepak bola Asia pertama yang pernah mencapai prestasi tertinggi. Walaupun akhirnya belum memenangkan pertandingan, Tim Sepak Bola Korea Selatan ini telah mampu membuat dunia berdecak.
Prestasi luar biasa dari Tim ini tidak terlepas dari persiapan yang matang yang diterapkan oleh pelatih mereka Guus Hiddink. Jauh sebelum bertanding di Piala Dunia, tim ini sudah menjalani berbagai latihan fisik, dan pertandingan dengan tim-tim lain untuk uji coba kemampuan. Segala strategi juga dianalisis dengan teliti untuk kemudian dicari titik lemah dan titik unggul. Setelah itu titik unggul dari strategi yang satu dikombinasikan dengan titik unggul dari strategi lain untuk mendapatkan strategi yang lebih efektif. Hasilnya memang tidak mengecewakan, dengan persiapan yang tepat, dan matang, Tim Korea berhasil mengagetkan dunia dengan prestasi mereka yang gemilang.
Berpikir Unggul. Untuk membangun citra diri yang positif, kita harus berpikir unggul. Cara berpikir unggul seperti ini akan mendorong kita untuk senantiasa berusaha menghasilkan karya terbaik. Mereka tidak akan berhenti sebelum mereka dapat mempersembahkan sebuah mahakarya. Muhammad Ali, petinju asal Amerika Serikat, telah menjadi petinju legendaris dengan segudang prestasi yang membanggakan. Semua ini dapat diraih Ali karena selalu berpikir unggul. Setiap kali bertanding, yang dipikirkan oleh Ali adalah kemenangan. Ali tidak pernah berpikir kalah, tetapi selalu berpikir menang. Dengan tujuan kemenangan, Ali dan pelatih serta semua yang mendukungnya berlatih dan menyusun strategi untuk membukukan kemenangan yang sudah dipikirkan sebelumnya.
Belajar Berkelanjutan. Selain melalui persiapan yang tepat serta berpikir unggul, citra diri positif juga bisa dibangun melalui komitmen pada pembelajaran berkelanjutan. Hasil belajar akan membawa perubahan positif dengan menambah nilai bagi orang yang berhasil mendapatkan pengetahuan ataupun keterampilan baru, yang bisa dijadikannya modal untuk maju meraih sukses. Tanpa semangat untuk senantiasa mengembangkan diri, orang yang sudah memiliki citra positif bisa saja lalu kehilangan citranya tersebut karena tidak dianggap ”unggul” lagi atau tidak dianggap mampu menambah nilai bagi masyarakat sekitar melalui karya-karya yang dihasilkannya. Jika banyak penyanyi lain hanya mampu mempertahankan prestasi dan popularitasnya untuk sesaat saja, lain dengan Iwan Fals. Penyanyi kawakan yang satu ini, sampai saat ini masih mampu mengibarkan prestasi dan popularitasnya. Semua keberhasilan diraih oleh ”Lelaki Pilihan” ini melalui kesediaannya untuk belajar dari para musisi dan pendukung di sekitarnya. Ia juga tidak malu-malu untuk belajar dari para musisi muda, sehingga hasil pembelajarannya ini menghasilkan album kolaborasi yang berhasil meraih banyak penghargaan. Tidak heran jika Iwan Fals dijuluki sebagai penyanyi yang tidak memiliki fans tetapi memiliki ”umat” (karena fans Iwan sangat fanatik dan sangat banyak).
Ingin meraih keberuntungan? Jangan lupa membangun citra diri yang positif. Sukses untuk Anda!
Senin, 13 Juni 2011
KETAATAN BUKAN SEBUAH PILIHAN TAPI KEWAJIBAN
Paulus: "Kepada penglihatan (visi) yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat"
Untuk memperoleh sesuatu yang baik, selalu ada harga yang harus dibayar. Kalau kita ingin makan yang enak, harganya pasti lebih mahal dari makanan biasa. Untuk lulus dari kampus terbaik, ada harga yang harus dibayar. Untuk mempunyai karier yang meningkat terus-menerus, ada harga yang harus dibayar. Untuk punya bisnis yang berhasil, ada harga yang harus dibayar. Untuk hidup dalam panggilan yang terbaik dari Tuhan pun, tentunya ada harga yang harus dibayar.
Hal itu saya alami dalam kehidupan saya. Saya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang pendeta tapi kemudian Tuhan memanggil saya. Saya yakin ini adalah panggilan mulia yang tidak diperoleh sembarangan orang. Namun, ada harga yang harus dibayar untuk mendapat panggilan tersebut.
Kehidupan kita akan ditentukan oleh keputusan kita dalam membayar harga ketika mengikut Tuhan. Ada banyak orang yang mau mengikut Tuhan sebatas kenyamanan mereka. Bagaimana memiliki hati yang rela membayar harga?
1. Tatap yang tak terlihat. Ibr. 11:27
Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan. Tahun 1952, Florence Chadwick berusaha menjadi wanita pertama yang berenang dari Pulau Catalina ke pantai California. Keduanya berjarak hampir 34 kilometer dan sangat sukar untuk direnangi karena alirannya yang deras. (Saat itu, dia sudah menjadi perenang wanita pertama yang berenang menyeberangi Selat Inggris).
Pada pagi tanggal 4 Juli 1952 jutaan orang menonton dia di TV nasional. Lautan saat itu seperti kolam es dan kabut begitu tebal sampai dia tidak bisa melihat kapal yang mendampingi dia. Ikan hiu berenang-renang di dekatnya dan harus diusir dengan tembakan senapan. Selama 16 jam, Florence berenang di selat Catalina. Kemudian dengan jarak hanya tinggal 3/4 kilometer, tiba-tiba dia menyerah! Ketika reporter bertanya kenapa dia menyerah, Florence berkata: Bukan rasa lelah, air dingin atau ikan hiu yang mengalahkan saya... tapi kabutnya -dia tidak bisa melihat sasarannya. Dia tidak bisa melihat daratan ... jadi dia menyerah! 2 bulan kemudian, Florence mencoba lagi. Kali ini, kabutnya tetap sama tebal ... tapi dia membayangkan sasarannya dengan jelas di pikirannya ... dan dia berhasil! Florence Chadwick menjadi wanita pertama yang menyeberangi Selat Catalina... dan memecahkan rekor perenang pria dengan selisih waktu 2 jam!
Kalau engkau tidak bisa melihat sasaranmu... engkau juga akan menyerah! Sebaliknya, sama seperti Florence yang membayangkan sasarannya di pikirannya dan berhasil sampai, kita pun akan tetap bertahan dan rela membayar harganya kalau kita bisa membayangkan sasaran yang Tuhan berikan.
Hal yang sama akan membuat kita rela membayar harganya, yaitu jikalau kita tahu apa sasaran kita dalam hidup ini. Orang tidak akan hitung-hitungan dalam membayar harga asalkan mereka tahu untuk apa mereka harus membayar harga.
2. Ingat upah kekal yang menanti kita. 2 Tim. 4:7-8
Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
Pada akhir Perang Dunia II, Jenderal Eisenhower pulang dari perang Eropa. Ketika dia keluar dari pesawat di New York, orang banyak membawa spanduk yang mengucapkan, "Selamat datang, Jenderal!" Dan mereka menggelar karpet merah dan ribuan orang hadir untuk merayakan kemenangannya. Di dalam pesawat yang sama ada seorang misionari yang menghabiskan seumur hidupnya di Afrika, melayani Tuhan. Isteri dan anak-anaknya semuanya meninggal karena malaria, dan dia sendiri sedang hidup kesulitan, bangkrut, dan sakit-sakitan. Saat dia keluar dari pesawat, tidak ada satu orangpun yang menyambut dia. Saat dia melihat semua spanduk dan kerumunan orang dan karpet merah, dia mulai mengasihani diri dan menyesal. Dia merasa bahwa iblis berbisik di telinganya, berkata, "Kamu seharusnya bisa memiliki semua ini, tapi engkau melepaskannya. Engkau melayani Tuhan selama 50 tahun dan tidak ada orang di sini yang datang untuk menyalamimu, tidak ada orang di sini yang menyambutmu, tidak ada orang di sini yang membuat engkau bahagia dan merasa diterima. Engkau sudah menyia-nyiakan hidupmu!" Dia berkata bahwa dia mulai merasa sangat buruk terhadap dirinya, dan kemudian, tiba-tiba, Tuhan seolah berbisik di telinganya dan berkata, "Tunggu sebentar, anakKu, tapi engkau kan belum sampai di rumah!"
Kita melayani Tuan yang baik yang tidak hanya berorientasi kepada hasil semata-mata. Tuhan menghargai semua yang kita kerjakan bagi Dia dan memberi kita upah yang kekal sekalipun hasilnya tidak selalu seperti yang kita harapkan. Bukannya Tuhan tidak memperhatikan produktivitas kita tapi saya percaya Tuhan lebih mementingkan motivasi daripada aksinya. Itu alasan mengapa saya mau membayar harga dalam melayani Tuhan Yesus Kristus.
Untuk memperoleh sesuatu yang baik, selalu ada harga yang harus dibayar. Kalau kita ingin makan yang enak, harganya pasti lebih mahal dari makanan biasa. Untuk lulus dari kampus terbaik, ada harga yang harus dibayar. Untuk mempunyai karier yang meningkat terus-menerus, ada harga yang harus dibayar. Untuk punya bisnis yang berhasil, ada harga yang harus dibayar. Untuk hidup dalam panggilan yang terbaik dari Tuhan pun, tentunya ada harga yang harus dibayar.
Hal itu saya alami dalam kehidupan saya. Saya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang pendeta tapi kemudian Tuhan memanggil saya. Saya yakin ini adalah panggilan mulia yang tidak diperoleh sembarangan orang. Namun, ada harga yang harus dibayar untuk mendapat panggilan tersebut.
Kehidupan kita akan ditentukan oleh keputusan kita dalam membayar harga ketika mengikut Tuhan. Ada banyak orang yang mau mengikut Tuhan sebatas kenyamanan mereka. Bagaimana memiliki hati yang rela membayar harga?
1. Tatap yang tak terlihat. Ibr. 11:27
Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan. Tahun 1952, Florence Chadwick berusaha menjadi wanita pertama yang berenang dari Pulau Catalina ke pantai California. Keduanya berjarak hampir 34 kilometer dan sangat sukar untuk direnangi karena alirannya yang deras. (Saat itu, dia sudah menjadi perenang wanita pertama yang berenang menyeberangi Selat Inggris).
Pada pagi tanggal 4 Juli 1952 jutaan orang menonton dia di TV nasional. Lautan saat itu seperti kolam es dan kabut begitu tebal sampai dia tidak bisa melihat kapal yang mendampingi dia. Ikan hiu berenang-renang di dekatnya dan harus diusir dengan tembakan senapan. Selama 16 jam, Florence berenang di selat Catalina. Kemudian dengan jarak hanya tinggal 3/4 kilometer, tiba-tiba dia menyerah! Ketika reporter bertanya kenapa dia menyerah, Florence berkata: Bukan rasa lelah, air dingin atau ikan hiu yang mengalahkan saya... tapi kabutnya -dia tidak bisa melihat sasarannya. Dia tidak bisa melihat daratan ... jadi dia menyerah! 2 bulan kemudian, Florence mencoba lagi. Kali ini, kabutnya tetap sama tebal ... tapi dia membayangkan sasarannya dengan jelas di pikirannya ... dan dia berhasil! Florence Chadwick menjadi wanita pertama yang menyeberangi Selat Catalina... dan memecahkan rekor perenang pria dengan selisih waktu 2 jam!
Kalau engkau tidak bisa melihat sasaranmu... engkau juga akan menyerah! Sebaliknya, sama seperti Florence yang membayangkan sasarannya di pikirannya dan berhasil sampai, kita pun akan tetap bertahan dan rela membayar harganya kalau kita bisa membayangkan sasaran yang Tuhan berikan.
Hal yang sama akan membuat kita rela membayar harganya, yaitu jikalau kita tahu apa sasaran kita dalam hidup ini. Orang tidak akan hitung-hitungan dalam membayar harga asalkan mereka tahu untuk apa mereka harus membayar harga.
2. Ingat upah kekal yang menanti kita. 2 Tim. 4:7-8
Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
Pada akhir Perang Dunia II, Jenderal Eisenhower pulang dari perang Eropa. Ketika dia keluar dari pesawat di New York, orang banyak membawa spanduk yang mengucapkan, "Selamat datang, Jenderal!" Dan mereka menggelar karpet merah dan ribuan orang hadir untuk merayakan kemenangannya. Di dalam pesawat yang sama ada seorang misionari yang menghabiskan seumur hidupnya di Afrika, melayani Tuhan. Isteri dan anak-anaknya semuanya meninggal karena malaria, dan dia sendiri sedang hidup kesulitan, bangkrut, dan sakit-sakitan. Saat dia keluar dari pesawat, tidak ada satu orangpun yang menyambut dia. Saat dia melihat semua spanduk dan kerumunan orang dan karpet merah, dia mulai mengasihani diri dan menyesal. Dia merasa bahwa iblis berbisik di telinganya, berkata, "Kamu seharusnya bisa memiliki semua ini, tapi engkau melepaskannya. Engkau melayani Tuhan selama 50 tahun dan tidak ada orang di sini yang datang untuk menyalamimu, tidak ada orang di sini yang menyambutmu, tidak ada orang di sini yang membuat engkau bahagia dan merasa diterima. Engkau sudah menyia-nyiakan hidupmu!" Dia berkata bahwa dia mulai merasa sangat buruk terhadap dirinya, dan kemudian, tiba-tiba, Tuhan seolah berbisik di telinganya dan berkata, "Tunggu sebentar, anakKu, tapi engkau kan belum sampai di rumah!"
Kita melayani Tuan yang baik yang tidak hanya berorientasi kepada hasil semata-mata. Tuhan menghargai semua yang kita kerjakan bagi Dia dan memberi kita upah yang kekal sekalipun hasilnya tidak selalu seperti yang kita harapkan. Bukannya Tuhan tidak memperhatikan produktivitas kita tapi saya percaya Tuhan lebih mementingkan motivasi daripada aksinya. Itu alasan mengapa saya mau membayar harga dalam melayani Tuhan Yesus Kristus.
Keadilan Allah Bagi Orang Pilihan ANALISA EKSEGESIS MAZMUR 26:1-12 Oleh : Venny E.H. Sariowan, M.Div
Keadilan Allah Bagi Orang Pilihan
ANALISA EKSEGESIS MAZMUR 26:1-12Oleh : Venny E.H. Sariowan, M.Div
A. Analisa Preskripsi Mazmur 26
1. Judul dan Penulis
Hampir semua sarjana sepakat dan menyetujui bahwa kitab Mazmur dibagi menjadi lima bagian (Jilid I, Mzm.1- 41; Jilid II, Mzm.42-72; Jilid III,Mzm.73-89; Jilid IV, Mzm.90-106:48; Jilid V, Mzm.107-150).[1] Walaupun ada beberapa sarjana yang menganggap pembagian ini terlalu spekulatif.[2] Pembagian ini didasarkan pada munculnya doxology pada akhir setiap bagian Misalnya “terpujilah Tuhan” (Praise be to the LORD) dan “amin” (Amien). Khusus bagian ke-5, Mazmur 150 menjadi doxology bagi bagian ini sekaligus bagi seluruh kitab Mazmur.[3] Mazmur 26 termasuk pada bagian pertama, dimana bagian pertama dikaitkan dengan preskripsi Mazmur sebagai penulis bahkan judul Mazmur yang dimaksud.[4] John Baigent menegaskan bahwa rujukan dari pemberian judul dan penulis kitab Mazmur oleh editor senantiasa dihubungkan dengan latar belakang konteks Mazmur. Misalnya; Mazmur 26 adalah Mazmur ratapan pribadi yang berhubungan dengan 2Sam 1:17; 2Sam. 22:1,[5] dan Mazmur 26 adalah salah satu dari seluruh koleksi kata-kata Daud (bdk 2Taw 29:30).[6]
Judul kitab Mazmur yang ditulis dengan kata dwId'l] (leda4wi<d) secara keseluruhan berjumlah 73 pasal (3-9, 11-32, 34-41, 51-65, 68-70, 86, 101, 103, 108-10, 122, 124, 131, 133, dan 138-45), dan salah satu di antaranya adalah Mazmur 26. Dalam LAI, judul Mazmur 26 di tulis “dari Daud” mengikuti NIV “of David”, tetapi mayoritas terjemahan Inggris menerjemahkan judul “A Psalm of David” NASB, RSV, LXE, KJV. Introduksi ini sangat penting karena dari sini akan diketahui identitas penulis, jenis mazmur dan keterangan historis.[7] Menurut beberapa sarjana, judul Mazmur ini kemungkinan di tambahkan oleh editor yang didasarkan pada sejarah hidup Daud (2Sam. 1:17; 22:1).[8] Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa judul mazmur 26 adalah tulisan Daud sendiri yang dihubungkan dengan situasi secara spesifik dari hidupnya sendiri sebagai penulis sebagian besar Mazmur.[9] Dalam 2Taw. 29:30 membuktikan bahwa Daud adalah penulis Mazmur yang berkaitan dengan pribadi-Nya. Mazmur ini dipakai dalam Ibadah, dan disebut sebagai kata-kata Daud yang dinyanyikan oleh suku Lewi.[10] Hal yang sama ditegaskan oleh Bruce K. Waltke yang menyatakan bahwa pendahuluan bisa disebut judul dan sekaligus juga bisa disebut sebagai penulis kitab Mazmur.[11]
Namun demikian, ada beberapa sarjana meragukan validitas tambahan editorial “Mazmur Daud” yang ada. Alasan-alasan yang digunakan mereka adalah studi frase A Psalm of David dari kata Ibrani dwId'l] rAmz]m seharusnya diterjemahkan “mazmur untuk/mengenai Daud” bukan “mazmur oleh/dari Daud”, karena preposisi l] biasanya berarti “kepada” atau “bagi”. Argumentasi ini diperkuat dengan kata x;Cen:m]l yang biasanya diterjemahkan “untuk pemimpin biduan”. Alasan ini memberikan kesimpulan bahwa Daud sebagai penerima bukan penulis. Namun alasan ini tidak begitu kuat.[12]
Ada dua pertimbangan kenapa tidak harus diterjemahkan “mazmur mengenai Daud.” Pertama, preposisi l. memang bisa berarti “oleh”, “untuk”, “mengenai”. Namun arti yang pasti harus ditentukan oleh konteks.[13] Seperti Mazmur 26 (l.) dari Daud yang berisi doa pribadi yang dikaitkan dengan Saul dan musuh-musuhnya. Kedua, justru kata depan (l.) dalam pendahuluan kitab Mazmur 26 walaupun ada banyak interpretasi, justru memperkuat indikasi siapa penulis Mazmur tersebut.[14] Hal yang sama juga ditegaskan oleh Bruce K. Waltke,
“Of David.” Authorship of the psalms, and so their historical backgrounds, depends in part on the meaning of “of” (Heb. Al]) with reference to David (73x),... Though Al] can mean “belonging to a series” (BDB, 513, entry 5b), it commonly denotes authorship as in other Sem. languages (GKC, 129c). Within other literary genres, Al] in superscriptions signifies “by” (cf. Isa 38:9; Hab 3:1),… The meaning “by” is certain in the synoptic superscriptions of 2 Sam 22:1 and Ps 18:1.[15]
Jadi tidak perlu diragukan lagi bahwa, Mazmur 26 adalah Mazmur ratapan pribadi Daud yang ditulisnya untuk dibacakan dan dipakai di dalam Ibadah di Bait Allah. Seperti yang ditegaskan oleh Peter C. Craigie dengan merujuk kepada pandangan Mowinckel tentang mazmur pelindung yang biasa dipakai dalam ibadah orang Yahudi.[16]
Selain bukti di atas, salah satu alasan yang kuat untuk membuktikan bahwa Mazmur 26 ini ditulis oleh Daud adalah adanya rujukan historis pada pengalaman hidup Daud di masa lalu.[17] Seperti hubungan dengan Mazmur 26 dengan Mazmur 7:7,10-12 dalam nyanyian ratapan Daud yang kemungkinan besar ada hubungan dengan Saul dan musuh-musuh Daud.[18] Selain itu, Daud membuat ratapan puitis pada saat kematian Saul (2Sam 1:19-27). Daud disebut sebagai the sweet psalmist of Israel (2Sam 23:1; 1Sam 16:18; Am 6:5).) Selain itu, ada bukti dalam Perjanjian Baru Daud sebagai pengarang sebagian Mazmur (Luk 20:42-44; Kis 2:25-28 ; Rom 4:6-8). Namun demikian, apapun yang menjadi penjelasan, pendahuluan mazmur ratapan yang dimulai dengan preskripsi Daud pasti di tulis oleh Daud sekalipun pada awalnya hanyalah kumpulan redaksional tentang peristiwa Daud namun ini merupakan Firman Allah yang harus dibaca dan direnungkan.
2. Latar Belakang Historis Mazmur 26
Latar belakang historis Mazmur 26, tidak bisa dilepas dengan istilah “superscription” “introduksi mazmur”[19] artinya penambahan introduksi rujukan historis pada beberapa mazmur menunjukkan bahwa kitab Mazmur sejak dahulu sudah ditafsirkan secara historis, yaitu mempertimbangkan situasi atau peristiwa asli yang melatarbelakangi pembuatan sebuah mazmur,[20] termasuk Mazmur 26. Selain itu konteks historis Mazmur 26 tidak bisa dilepas dengan agenda editor kitab Mazmur yang memakai pendekatan Historis sesuai dengan kejadian dan sejarah pertentangan Daud dengan Saul, walaupun pendekatan ini masih spekulatif.[21]
Namun demikian, berdasarkan pembagian kitab Mazmur oleh para theolog, maka Mazmur 26 berada pada pembagian buku I (pertama) yang kebanyakan berisi ratapan dimana banyak orang yang memusuhi pemazmur. Pada saat penulis Mazmur (peratap) berseru pada Allah supaya dia dibenarkan karena hidup pemazmur kontras dengan orang fasik atau orang berdosa. Peristiwa seperti ini dapat dilihat adanya korelasi dengan masa-masa dimana Daud di Padang belantara ketika ia melarikan diri dari Saul dan anak-anaknya dan juga bersama musuh-musuhnya walaupun tidak ada rujukan secara eksplisit dalam kitab sejarah Perjanjian Lama.[22]
Mazmur ratapan sangat mudah dikenal dan dipahami, misalnya sebutan kata “ya TUHAN” demikian juga dalam Mazmur 26 yang berkaitan dengan tekanan, ancaman secara spiritual maupun secara natural dari orang-orang yang membenci dan memusuhi peratap. Ratapan pribadi Daud sangat erat hubungan dengan tekanan yang dialaminya karena Saul dan Yonatan (2Sam 1:17) dan cengkraman musuh-musuhnya termasuk juga Saul (2Sam. 22:1).[23] Sehingga pengalaman ini dipakai oleh umat Israel untuk beribadah di bait Allah untuk berdoa dan menumpahkan isi hatinya kepada Allah melalui pujian dari kata-kata Daud (2Taw 29:30). Atau menurut Gunkel Mazmur 26 digunakan oleh seseorang yang mengklaim tidak bersalah sambil mengelilingi mezbah dengan ucapan syukur. [24]
3. Inti Berita dan Garis Besar
Inti berita Mazmur 26:1-12 adalah doa kepada Allah sebagai Tuhan yang berhak dan berdaulat untuk menilai dan membenarkan dirinya.[25] Dalam Mazmur ratapan ini, Daud menyatakan tentang Allah dan karakter Allah. Di sini terlihat pengalaman dan pemahaman Daud tentang kekudusan Allah (yang menuntut penghukuman orang fasik), kebesaran-Nya (melalui ciptaan), kesetiaan-Nya (pengampunan). Hal ini dinyatakan Daud melalui isi hatinya dalam doa kepada TUHAN. Ini dapat dibuktikan dengan frase hw"©hy> ynIjEÜp.v' “berilah keadilan kepadaku ya TUHAN,” (Mzm. 26:1), frase hw"åhy> ynInEåx'B. “ujilah aku ya TUHAN” (Mzm. 26:2) dan frase `hw")hy> ^åx]B;z>mi-ta, “berjalan mengelilingi mezbah-Mu, ya TUHAN” (Mzm. 26:6). Dalam doa, Daud juga mengungkapkan sikapnya terhadap Allah apa adanya, (Mzm 26:8-12). Daud menempatkan Allah sebagai satu-satunya Pribadi yang bisa melihat keberadaan Daud yang hidup dalam ketulusan dan kebenaran. Bagian ini dimulai dalam bentuk pengakuan kepada Allah, seperti “Sebab aku telah hidup dalam ketulusan” atau “aku telah hidup dalam kebenaran”. (Mzm. 26:2b, 3b).
Ratapan pribadi Daud di Mazmur 26 juga bersifat petisi: permohonan kepada Allah dalam Mazmur ini (disertai adanya ‘hak Daud’ peratap terhadap Allah dalam petisinya). Daud merasa bahwa ia telah hidup dalam kebenaran, maka Allah tidak harus menghukum dia bersama-sama orang-orang berdosa.
Motif Mazmur 26 adalah adanya alasan mengapa Allah harus menolong Daud sebagai peratap, hal ini disertai tawar menawar, intimidasi dengan Allah. Misalnya “berilah keadilan kepadaku ya TUHAN” (ay 1) dan “Ujilah aku dan selidiki aku ya TUHAN”(ay.2) sebab mata Daud selalu tertuju kepada kasih Setia TUHAN dan hidup dalam kebenaran (ay.3). munculnya frase “Tetapi Daud hidup dalam ketulusan, oleh karena itu TUHAN harus membebaskan dia dan mengasihi dia sebagai inklusio (ay.1) sama halnya dengan bagian penutup (ay. 11).
Seperti biasanya, puisi selalu diakhiri penutup. Demikian juga Mazmur 26 diakhiri oleh penutup yang berupa janji untuk memuji Allah. Daud sebagai peratap berjanji atas pertolongan Tuhan bahwa ia akan mempersembahkan hidupnya sebagai rasa syukur dan pujiannya “Kakiku berdiri di tanah yang rata sebagai personafikasi dari hidup dalam ketulusan; aku mau memuji TUHAN dalam jemaah” (26:12). Pujian kepada Allah: pujian karena Allah yang membebaskan dan mengasihi Daud.
4. Tujuan Mazmur 26:1-12
Tujuan dari ratapan Daud dalam Mazmur 26:1-12 adalah pada Allah, yang dipercaya sebagai TUHAN yang berhak dan berdaulat mutlak atas kehidupan Daud dan musuh-musuhnya atau dalam hal ini orang-orang fasik.[26] Pengakuan Daud untuk percaya kepada Allah yang Maha kasih dan Maha adil; orang benar dikasihi dan orang fasik atau orang munafik atau orang berdosa pasti mendapat penghukuman. Dengan demikian, pemahaman menyeluruh tentang tujuan Daud dalam Mazmur 26:1-12 akan membawa kepada satu pemahaman dalam konsep theologis. Sama halnya dengan isi seluruh kitab Mazmur yang dipahami oleh para theolog,
Athanasius styles it, “An epitome of the whole Scriptures;” Basil, “A compendium of all theology;” Luther, “A little Bible, and the summary of the Old Testament;” Melancthon, “The most elegant work extant in the world;” and for Calvin’s estimate of its value we refer to the excellent preface with which he introduces this department of his labors to the attention of the reader.[27]
Intinya kitab Mazmur dipahami sebagai sebuah ringkasan dari seluruh Kitab Suci, ringkasan dari semua theology, sebuah Alkitab kecil yang diringkas dari Perjanjian Lama.
Tujuan fundamental mazmur ini adalah supaya kebenaran ditegakkan (rujukan kepada Daud, Mzm. 26:1-3) supaya Allah dipuji ketika pemazmur dikasihai dan dibenarkan (Mzm 26:7,12) supaya orang melihat Allah memberi pahala orang benar dan menghukum orang fasik (Mzm. 26:9-10 (bdk. Mzm.69:28). supaya setiap orang tahu bahwa Allah berdaulat (Mzm 26:8). Semua ini berkaitan dengan ungkapan pembenaran pribadi Daud dan penghukuman berlaku terhadap orang fasik sehingga keadilan Allah ditegakkan.[28]
B. Analisa Sastra Mazmur 26
1. Gaya Penulisan
Karakteristik yang paling umum dalam puisi Ibrani adalah “paralelisme”, yaitu kesejajaran dalam pengulangan kata, frase, anak kalimat dan kalimat.[29] Paralelisme merupakan jantung puisi Ibrani.[30] Demikian juga dalam bentuk paralelisme yang dipakai dalam Mazmur 26:1-12. Seperti yang dapat dijelaskan di bawah ini:
a. Klimatik Paralelisme adalah gabungan dari Sinonim dan Sintetik Paralelisme.
Mazmur 26:1 ; Berilah keadilan kepadaku Ya Tuhan,
Sebab aku telah hidup dalam ketulusan
Kepada Tuhan aku percaya dengan tidak ragu-ragu
Mazmur 26:2 ; Ujilah aku, ya TUHAN Dan Cobalah aku Selidikilah batinku Dan hatiku
26:3 ; Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu
Dan aku hidup dalam kebenaran-Mu
b. Ayat 4 dan 5 bentuk Chiasme[31] bagian pertama baris pertama bersilang dengan bagian kedua baris kedua dan sebaliknya dan bentuk Sinonim Paralelisme pengulangan pikiran yang sama memakai dua kumpulan kata-kata yang berbeda tetapi berhubungan erat.
· Bentuk Chiasme : Mazmur 26:4 ; Aku — tidak duduk — dengan penipu;
Subyek kata benda Obyek
dan dengan orang munafik — tidak bergaul — aku.
Obyek Kata benda Subyek
Mazmur 26:5 ; Aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat
Subyek kata benda Obyek
dan dengan orang fasik tidak duduk aku
Obyek kata benda Subyek
ü Bentuk Sinonim Paralelisme
Mazmur 26:4-5; 4 Aku tidak duduk dengan penipu,
dan dengan orang munafik aku tidak bergaul;
5 Aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat,
dan dengan orang fasik aku tidak duduk.
c. Paralelisme Model Tangga Sebagian baris pertama diulang pada baris berikutnya dan ditambah unsur baru sehingga mencapai klimaks.
Mazmur 26:6-7 ; 6 Aku membasuh tanganku tanda tak bersalah,
lalu berjalan mengelilingi mezbah-Mu, ya TUHAN,
7 sambil memperdengarkan nyanyian syukur dengan nyaring,
dan menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib.
d. Mazmur 26:11-12 merupakan Inklusio[32] yang artinya sebagai pengulangan yang membuka dan menutup sebuah puisi. “Tetapi Aku ini hidup dalam ketulusan”; (ay 1) dan “sebab aku telah hidup dalam ketulusan” (ay.11) sebagai pembuka dan penutup. Sedangkan ayat 12 “kakiku berdiri di tanah yang rata” adalah kekonsistenan Daud “tentang hidup dalam ketulusan” ayat 1 dan 11 yang ditutup dengan “aku akan memberkati TUHAN dalam perkumpulan jemaah” (ay.12).
2. Gendre Mazmur 26
Gendre mengacu pada satu kelompok teks serupa yang memiliki ciri khas isi suasana hati, struktur atau cara menyampaikan pokok pikiran Mazmur.[33] Ada sekitar 60 pasal dalam kitab Mazmur yang termasuk dalam jenis ini.[34] Cerita tentang pengalaman pribadi Daud dalam kitab 1 dan 2 Samuel mengindikasikan dengan sangat jelas bahwa natur, sumber dan setting Mazmur 26 adalah ratapan pribadi Daud.[35] Untuk menentukan satu kategori gendre Mazmur harus ada persyaratan yang harus dipenuhi.[36] Oleh karena itu, berdasarkan penelitian, Mazmur 26 masuk dalam kategori gendre ratapan pribadi,[37] dengan alasan Mazmur 26 memiliki dasar khusus dalam ibadah sebagai akar teks-teks dalam setting yang sama dalam ibadah. Juga memiliki pemikiran atau perasaan yang sama dan membentuk keseragaman arti dan nuansa serta gaya dan struktur.[38] Mazmur ini juga memiliki kesejajaran dengan Mazmur 7 yang memiliki nuansa “the individual lament psalms” atau “psalm of innocence” [39] walaupun secara spesifik tidak memberikan petunjuk mengenai karakteristik keluhan dan pembenaran diri pemazmur, apakah ia sedang difitnah, dianiaya atau menderita.
Mayoritas para sarjana menetapkan bahwa Mazmur 26 termasuk dalam kategori Mazmur “ratapan pribadi” atau “Mazmur keluhan”.[40] Ciri khasnya adalah penggunaan kata dwId'l] “dari Daud” dan kata ganti orang (personal pronouns) dalam bentuk tunggal (mis; kata ykiñnOa†', artinya “saya” atau kata ynIa'ñ artinya “aku”) mucul di ayat 1 ynIa]â-yKi( “sebab aku.” Selain itu, adanya penggunaan akhiran ganti tunggal yn “ku”) misalnya kata ynIjEÜp.v' “keadilan kepadaku” diayat 1, kata ynInEåx'B. “ujilah aku” ynISE+n:w> “cobalah aku” di ayat 2 dan kata yn"+y[e “mataku” ayat 3 dst sebagai rujukan kepada “pribadi Daud” sebagai subjek (peratap) objek keluhan adalah TUHAN.[41]
Mazmur ratapan pribadi dapat dibagi berdasarkan topik atau inti pergumulan yang sedang dihadapi pemazmur, misalnya ratapan orang yang sedang tertuduh karena perbuatan orang fasik. Secara khusus dalam Mazmur 26, terlihat jelas tentang keluhan terhadap Allah sebagai alasan untuk meratap. Contohnya; penggunaan frase “berilah keadilan kepadaku ya TUHAN” (ay. 1). Selain itu, muncul dalam bentuk permohonan (dalam bentuk negatif). Contohnya; penggunaan frase “Tuhan…janganlah mencabut nyawaku bersama-sama orang berdosa” (ay. 9 bdk. Mzm. 6:2; 109:1). Dalam ayat 4-7 berbicara ratapan dalam bentuk deklarasi “aku tidak duduk dengan penipu dan dengan orang munafik aku tidak bergaul,…dst”(bdk. 88;6-8). Doa ratapan pribadi seperti dalam Mazmur 26 ini[42] selalu didasarkan pada pengalaman sejarah hidup Daud dan dipakai oleh umat Israel, yang secara pribadi adalah mereka yang punya pergumulan sehingga datang ke bait Allah untuk berdoa dan menumpahkan isi hatinya kepada Allah. Sebagai jawaban atas doanya, ia menerima jaminan bahwa Allah telah mendengar doanya. Oleh karena itulah Longman III menyebutnya mazmur ratapan sebagai the personal history of David Marplethorpe.[43]
3. Struktur Mazmur 26:1-12
a. Judul : (preskripsi)NASB (A Psalm of David.) ŸdwI“d"l. Mazmur Daud/dari Daud
b. Gendre: Doa ratapan/keluhan.
c. Pendahuluan (Alamat yang dituju peratap). (26:1,2,6,12)
ya TUHAN (hw"©hy>) di dalam TUHAN (hw"ïhyb;) ayat 1
Alamat Peratap ya TUHAN (hw"åhy>) ayat 2
ya TUHAN (hw")hy>) ayat 6 dan ditutup TUHAN (hwhy) ayat 12
d. Isi ratapan.
1). Alasan keluhan : Alasan ratapan Daud, (26: 1,2-3,8-9)
Daud merasa terhukum/tertuduh pedahal ia telah hidup berkenan kepada Allah. (adanya petisi) (ay.1,2.9) dan (adanya motif) (ay.1,3-8)
2). Kepercayaan: pengakuan percaya kepada Allah (26:1b).
dan di dalam TUHAN( hw"ïhyb;W) aku telah percaya (yTix.j;ªB'÷)
aku tidak akan goncang/gentar (`d['(m.a, al{å) (1b)
3). Petisi: permohonan kepada Allah (disertai adanya ‘hak/alasan’ peratap terhadap Allah dalam petisinya). (26:1
Adililah aku (ynIjEÜp.v') (ay.1)
Ujilah aku (ynInEåx'B.) Cobalah aku (ynISE+n:w>) (ay.2)
Selidikilah batinku dan hatiku (yBi(liw> yt;äAyl.ki) (ay.2)
janganlah mencabut nyawaku (@soæa/T,-la;) (ay.9)
4). Motif (kelepasan): Alasan mengapa Allah perlu menolong peratap, bahkan kadang- kadang disertai tawar menawar, intimidasi dengan Allah (26:1,3-8).
Inklusio Sebab aku (ynIa]â-yKi(.) integritasku/kesucianku (yMiätuB.) aku telah berjalan (yTik.l;_h') ay.1
Karena menceritakan kebaikan-Mu ( ^D>s.x;â-yKi( ) kepada depan mataku
dan aku hidup dalam kebenaran-Mu. (ay. 3)
aku tidak duduk dengan penipu dan dengan orang munafik (ay.4)
aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat (ay.5)
dan orang fasik
bukti integritas aku membasuh tanganku tanda tak bersalah,
lalu berjalan mengelilingi mezbah-Mu, (ay.6)
sambil memperdengarkan nyanyian syukur dengan nyaring,
dan menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib. (ay.7)
aku cinta pada rumah kediaman- Mu
dan pada tempat kemuliaan- Mu bersemayam. (ay.8)
e. Penutup: bersifat janji peratap untuk terus hidup sesuai dengan kehendak Tuhan melalui rasa syukur dan pujiannya karena pertolongan dan kasih TUHAN (26:11-12)
1). Keyakinan peratap : Janji untuk menjaga integritas untuk hidup setia kepada Allah (26:11)
Inklusio Tetapi bagi aku (ynIa]w:â) di dalam integritasku/kesucianku (yMiîtuB.)
aku akan berjalan (%leªae )
tebuslah aku ynIdEåP. dan kasihanilah aku `ynINE)x'w>
2). Pujian peratap : Pujian kepada Allah: pujian karena Allah menjawab ratapan doanya (26:12)
kekonsistenan Kakiku (ylig>r:â) dia telah berdiri (hd"äm.['() di dalam tempat rata;(rAv=ymib.)
di dalam perkumpulan jemaah ~yliªheq.m;B.÷
aku akan memberkati %rEïb'a] TUHAN `hw")hy>
A. Pengantar Eksegetis
Karena Mazmur ini adalah ratapan pribadi,[44] maka bentuk eksegesenya adalah mengikuti unsur-unsur yang ada. Hampir semua sarjana sepakat bahwa Mazmur ratapan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut; pendahuluan yang didahului oleh seruan yang langsung kepada Tuhan sebagai tempat menuangkan isi hatinya. Dalam isi ratapan pribadi diulaskan alasan ratapan dan tujuan ratapan biasanya ditujukan pada Allah yang dianggap sebagai penyebab kesedihan dan harus bertanggungjawab, diri sendiri maupun musuh. Adanya unsur kepercayaan, yaitu pengakuan percaya kepada Allah. Adanya petisi yaitu permohonan kepada Allah kadang-kadang disertai adanya ‘hak’ peratap terhadap Allah dalam petisinya. Adanya motif, yaitu alasan mengapa Allah perlu menolong peratap, bahkan kadang-kadang disertai tawar menawar, intimidasi dengan Allah. Diakhiri dengan janji untuk memuji Allah karena pertolongan Tuhan bahwa ia akan membayar sesuatu sebagai rasa syukur dan pujiannya dan sebagai penutup, pujian kepada Allah karena menjawab doanya.[45] Berdasarkan bentuk ini, penulis akan mengulas secara eksegetis berdasarkan struktur yang ada dalam mazmur ini.
B. Analisa Pendahuluan (Alamat yang dituju)
Pendahulaun doa ratapan atau keluhan Daud ditujukan kepada TUHAN sebagai Allah yang berdaulat. Hal ini dibuktikan oleh permohonan Daud supaya Allah menghakimi dan menghukum berdasarkan kehendak-Nya sendiri.[46] Biasanya dalam menghadapi tuduhan, pemazmur memohon kepada Tuhan supaya Tuhan berpihak kepadanya (bdk. Mzm. 35:1, 43:1), dan Tuhan membela dirinya dalam menghadapi segala penuduhnya (bdk. Mzm. 35:24).[47] Hubungan ini sangat intim dengan kata “ya Tuhan,” dalam Mazmur 26:1,2). Dalam versi NASB ditulis; “A Psalm of David. Vindicate me, O LORD, … Examine me, O LORD. Dan dalam versi LAI-TB ditulis; “Dari Daud. Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, … Ujilah aku, ya TUHAN.” Dengan jujur peratap mengungkapkan sikapnya terhadap Allah apa adanya,(Mzm 26:1-3). Menurut Craigie, pernyataan pembukaan (Mzm. 26:1) memiliki tiga elemen dasar yang sangat menentukan berkaitan dengan tujuan dan alamat doa pemazmur sebagai inti dari mazmur secara keseluruhan: (1) doa “adililah aku, ya Tuhan"; (2) penegasan, “karena aku telah berjalan” ; (3) kepastian “aku telah percaya.”[48]
Allah digambarkan sebagai satu-satunya Pribadi yang bisa dan harus menolong peratap, dengan cara memberikan keadilan, yaitu tidak menghukum Daud bersama orang berdosa. Daud memahami keadilan yang murni berasal dari Allah. Hal ini sejajar dengan Mazmur 17:2 “Dari pada-Mulah kiranya datang penghakiman: mata-Mu kiranya melihat apa yang benar.”[49] Oleh karena itulah maka Daud memulainya dengan frase “ujilah aku Tuhan karena aku telah hidup dalam ketulusan.” Dalam tulusan Ibraninya sebagai berikut;
hw"©hy> ynIjEÜp.v' dwI“d"l. (1)
Ÿ oh TUHAN ŸAdililah aku, Ÿ dari Daud (NASB. A Psalm of David)
hw"åhy> ynInEåx'B. (2)
Ÿoh TUHAN Ÿ ujilah aku
Terjemahan : Mazmur dari Daud, adililah aku oh TUHAN,… Ujilah aku oh TUHAN
Dalam pendahuluan mazmur doa ratapan Daud di atas, sangat jelas dinyatakan bahwa tujuan dari ungakapan pergumulan adalah kepada Tuhan. Vangameran menegaskan ini sebagai ratapan pribadi (individu) pemazmur. Daud sedang memusatkan diri kepada Allah sambil memohon supaya Allah memberikan keadilan kepadanya. Seperti yang dituliskannya;
In this Psalm the psalmist casts himself on the Lord with the request that the Lord pay attention to his circumstances. His troubles are undeserved. Because of the strong pleading with God, it has characteristics similar to the individual lament psalms.[50]
Tuhan menjadi pusat dalam doa ratapan Daud, sehingga terlihat jelas bahwa Daud sangat memahami siapakah Allah yang dipercayainya. Daud bukan hanya memahami bahwa Allah itu mengasihi orang yang tulus dan berintegritas, tapi Allah itu juga adil, sehingga Ia akan menghakimi orang yang berdosa. Calvin menegaskan bahwa alasan kesegeraan Daud untuk
meminta keadilan Allah disebabkan ia sementara dituduh melakukan banyak kesalahan dari orang-orang berdosa, munafik dan jahat dan tidak ada satu orangpun yang bisa membantunya kecuali Allah Yang Maha Adil.[51]
Jadi tidak dapat dipungkiri lagi, Daud menyebut kepada siapa ratapan atau keluhannya dipanjatkan, yaitu kepada Tuhan. Ungkapan kata di ayat 1a “Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN” dan di ayat 2a “Ujilah aku, ya TUHAN” adalah dua kata sinonim parallel menjadi pendahuluan dalam doa ratapan atau keluhan Daud yang dialamatkan kepada TUHAN. Untuk lebih memperjelas maksud di atas, maka penulis akan menjelaskan kata (hw;hy>) “ya TUHAN”.
Kata (hw;hy>) “ya TUHAN” atau kata “TUHAN” (hwhy) [52] dalam Mazmur 26 muncul sebanyak 5 kali (26:1,2,6,12). Penggunaan kata “ya TUHAN” dalam Kitab Mazmur 26, menyatakan secara khusus tentang Allah dan karakter Allah. Sehingga sangat jelas terlihat pengalaman dan pemahaman Daud tentang kekudusan Allah yang menuntut penghukuman orang fasik dan kasih setia-Nya yang memelihara orang benar. Ini merupakan salah satu ciri khas dalam doa ratapan, dimana YHWH (TUHAN) adalah tempat peratap menumpahkan isi hatinya.[53] Hubungan ini sangat jelas di dalam pendahuluan Mazmur ini (frase “berilah keadilan kepadaku ya Tuhan” 26:1) Daud sementara mengungkapkan sikapnya terhadap Allah apa adanya. Allah digambarkan sebagai satu-satunya Pribadi yang bisa dan harus dapat menolong dengan memberi keadilan kepada peratap. Hal ini merupakan inti pokok yang utama dalam seluruh kitab Mazmur, oleh karena itulah kitab Mazmur disebut dengan kitab yang “Theosentris.”[54]
Inilah dimaksudnya kenapa peratap memulai isi doanya dengan kata “ya TUHAN” (hw"åhy>), karena ungkapan keluhan atau ratapan pemazmur adalah menyatakan sifat Allah. Artinya adalah, secara praktis menolong pembaca untuk memahami dan melihat Allah melalui pergumulan emosional orang percaya dalam krisis yang menyebabkan dia bergantung kepada Tuhan,[55]dan secara theologis, orang percaya mengungkapkan Allah sebagai hakim universal, Allah sebagai hakim Israel tetapi Allah juga sebagai pembela hamba-hamba yang benar, yang hidup sesuai dengan kehendak Allah.[56]
Kesimpulannya adalah, gambaran pendahuluan mazmur ratapan ini adalah menempatkan Daud sebagai tertuduh dan pantas dikasihani dan menempatkan Tuhan sebagai hakim serta menempatkan orang fasik sebagai yang layak dihakimi Tuhan.[57] Oleh karena itu, Daud menunjukkan pembelaannya dengan prinsip, “percaya kepada Tuhan” dan “telah hidup berdasarkan sifat yang dipercayainya yaitu Tuhan yang kudus dan suci.” Barth dan Pareira menegaskan bahwa Daud meminta Tuhan sebagai hakim, seperti yang disebutkan di dalam nyanyian ratapan Daud di Mazmur 7:12 dan mazmur pujian Daud di Mazmur 9:5 (bdk Maz. 75:8. dan Daud juga meminta keadilan seperti di Mazmur 43:1.[58]
C. Motif Permohonan Kepada Tuhan
Motif permohohan minta tolong dalam mazmur ratapan ini mengandung unsur petisi, artinya permohonan yang disertai adanya “alasan, bukti dan permohonan” peratap terhadap Allah dalam petisinya. Bentuk kata kerja imperatif maskulin suffiks dalam doa permohonan ini, menjelaskan tentang akhiran ganti pribadi pemohon, dalam hal ini Daud yang dikaitkan dengan permasalahan moralitas yang sangat serius yang dituduhkan kepadanya, sehingga Daud mengungkapkan kalimat imperative tersebut (bdk. topik keluhan). Kemungkinan besar Daud menulis mazmur ini ketika ia dianiaya oleh Saul dan musuh-musuhnya, sehingga Daud merasa terancam bahkan dituduh sebagai salah satu orang yang fasik dan berbuat kejahatan. Dalam keadaan seperti ini, Daud meratap dan memohon kepada Tuhan, supaya Tuhan segera memberikan keadilan kepadanya karena dia percaya kepada Tuhan dan telah hidup dalam kesucian.[59] Namun ada juga yang menafsirkan bahwa permohonan Daud ini bersifat permintaan pengampunan dan pertimbangan Tuhan atas kegagalan Daud, karena ada hubungannya dengan kesalahan masa lalunya. Namun pandangan ini tidak begitu kuat karena tidak ada fakta historis secara langsung yang berkaitan dengan dosa-dosa Daud dimasa lalu.[60]
Menurut Craigie, ada tiga elemen dasar dalam memahami karakteristik permohonan Daud dalam kalimat pembukaan (26:1). Tiga elemen tersebut adalah, elemen doa, elemen penegasan dan elemen kepastian. Ketiga hal ini menggambarkan motif mazmur 26 secara keseluruhan.[61] Oleh karena itu, untuk memahami motif permohonan Daud dalam mazmur ini, maka penulis akan menjelaskan tiga hal penting: pertama, alasan kenapa Daud memohon; kedua, bukti permohonan doa Daud ; dan ketiga, adanya unsur petisi dalam permohonan minta tolong Daud kepada Tuhan.
1. Adanya Motif Alasan Permohonan Daud
Alasan Daud memohon kepada Tuhan sangat jelas di tulis di dalam beberapa ayat dalam keseluruhan mazmur ratapan ini, yaitu, ia telah hidup dalam ketulusan dan telah percaya kepada Tuhan (26:1b), ia juga memusatkan hidupnya pada kasih setia Tuhan dan hidup dalam kebanaran-Nya (26:3). Dalam NASB menerjemahkan, “ for I have walked in my integrity; And I have trusted in the LORD without wavering (26:1b). “For Thy lovingkindness is before my eyes, And I have walked in Thy truth.”(26:3). LAI-TB menerjemahkan ayat 1b, “sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu”. Dan ayat 3, “Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu”. Dalam literalnya adalah;
yTik.l;_h' yMiätuB. ynIa]â-yK (1)
aku telah berjalan Ÿ integirtasaku/kemurnian hatiku Ÿ sebab aku
d['(m.a, al{å yTix.j;ªB'÷ hw"ïhyb;W
aku akan goncang/gentar Ÿ tidak Ÿaku telah percaya Ÿdan di dalam TUHAN
`^T<)mia]B; yTik.L;ªh;t.hiw>÷ yn"+y[e dg<n<ål. ^D>s.x;â-yKi( (3)
di dalam kesetiaan-Mu Ÿ dan aku akan menjalankan Ÿ kedua mataku Ÿ untuk berhadapan dengan Ÿ sebab kasihsayang-Mu
Terjemahan:
sebab integritasku aku telah berjalan, dan di dalam TUHAN aku telah percaya tidak aku akan goncang. Sebab kasih kesetiaan-Mu nyata di kedua mataku dan aku akan menjalankan di dalam kebenaran-Mu.
Alasan Daud memohon minta tolong, supaya Tuhan memberi keadilan dan tidak menghukum dia bersama-sama orang berdosa (ay.9-10). Alasan Daud sangat mendasar, dimana ia telah sungguh-sungguh percaya dan telah hidup dalam ketulusan. Menurut Mitchell Dahood, “kata ynIa]â-yKi harus diterjemahkan “On my word” (maka kataku) dimana katayK adalah partikel penghubung yang menjelaskan penegasan absolute bukan kata keterangan yang memperkenalkan sebab (causal clause before main clause), anak kalimat penyebab di depan induk kalimat.[62] Misalnya Mazmur 6:3 “Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN, sebab tulang-tulangku gemetar,” dengan demikian, permohonan Daud “berilah keadilan kepadaku ya Tuhan” bukan karena Daud baik sehingga Tuhan harus memberikan keadilan, tetapi berisifat bukti, jika Tuhan tidak mengabulkan permohonannya, iapun akan tetap hidup dalam ketulusan dan hidup dalam kebenaran-Nya. Pemahaman ini sejajar dengan pengakuan dalam doa Daud bahwa semua manusia telah berdosa dan tidak ada seorangpun yang benar (Mzm. 143:2; bdk. Rm 3:20, Gal. 2:16).[63] Oleh karena itulah beberapa penafsir menegaskan bahwa “perfect innocence and unshakable faith are prime prerequisites in over coming a trial as evidence…and only by walking with God in perfectly innocent faith.”[64] Iman yang kokoh dan hidup dalam kesucian adalah syarat utama dalam menghadapi berbagai tantangan yang datang dari dunia, oleh karena itu setiap orang percaya harus berjalan dalam kehendak Allah dengan iman.[65]
Maka kata “integritasku” adalah kata yang penting dalam seluruh isi doa Daud. Hal ini pararel dengan frase, “mataku tertuju pada kasih setia-Mu dan aku telah hidup dalam kebanaran-Mu” bersifat penegasan. Sehingga kata yang menjadi pusat Daud untuk membenarkan diri adalah kata “kata (yMiätuB.) “integritasku”, dari integritas Daud inilah maka wajar kalau Daud memberi penekanan dan penegasan dengan kata yTix.j;ªB'÷ “aku telah percaya”, kata ^D>s.x;â-yKi( “kasih setia-Mu” dan kata `^T<)mia]B; “dalam kebenaran-Mu.” Calvin menerjemahkan, “For thy goodness is before mine eyes, I have therefore walked in thy truth,”[66] (karena kebaikan-Mu, ya TUHAN, telah nyata sebelumnya dimataku, dan oleh karena itu saya telah berjalan pada kebenaran-Mu).
Ada indikasi bahwa Daud mengalami ketidakadilan, karena dia dituduh sebagai orang yang tidak berintegritas, oleh karena itulah Daud meminta kepada Tuhan sebagai hakim yang adil yang sanggub menilai kebenaran yang sesungguhnya. Seperti yang dijelaskan oleh Calvin.
Whence, accordingly, their miserable and sorrowful, and often their tragical ends, but because, despising the favor of God, they give themselves up to cunning and deceit? In short, David was steady in preserving his uprightness, because he had resolved that God should be his guide. In the first place, therefore, he mentions his goodness, and afterwards he adds, his truth, because his goodness, which enables us to walk with unyielding courage in the midst of all temptations, is only known to us by his promises.[67]
Daud mengaku dengan iman bahwa Ia telah hidup benar dihadapan Tuhan. Oleh karena hal ini, maka harus ada pemisahan antara orang benar dan orang fasik. Alasan Daud sungguh masuk di akal, karena Ia telah memelihara kejujuran, dan menyerahkannya semua pengadilan kepada Tuhan sebagai hakim yang adil.
Orang yang percaya kepada Tuhan, selalu berpusat pada kasih setia-Nya dan selalu hidup dalam kebenaran-Nya. Inilah yang dimaksudkan Daud dengan “integritasnya.” Pada intinya, pembenaran diri Daud bukan masalah dosa, karena Daud mempunyai dosa-dosa dimasa lalu yang begitu besar. Oleh karena itu maksud dari pembenaran diri Daud adalah pembelaan atas fitnahan yang sementara ditujukan kepada dirinya. Hal ini berkaitan dengan perjanjian anugerah yang diikat Allah kepada dirinya. Daud berhak untuk memohon belaskasihan Allah untuk membela dirinya dari tekanan yang datang dari orang-orang fasik atau bisa juga datangnya dari Saul.[68] Calvin memahami ini sebagai topangan Allah kepada orang pilihannya dalam hal ini Daud, Allah tetap akan membela orang pilihannya sekalipun Daud mempunyai kegagalan dimasa lalu.[69]
Frase “sebab aku telah hidup dalam (yMiätuB.) “integritasku” parelel dengan kata “sebab mataku tertuju pada (^D>s.x;â-yKi() kesetiaan-Mu/kasih setia-Mu.” Sehingga Mazmur 26:1b,3 sangat penting dalam seluruh isi mazmur ratapan ini, karena “kata (yMiätuB.) “integritasku”, kata yTix.j;ªB'÷ “aku telah percaya”, kata ^D>s.x;â-yKi( “kasih setia-Mu” dan kata `^T<)mia]B; “dalam kebenaran-Mu.” Mewakili seluruh pengakuan pembenaran diri Daud untuk dikontraskan dengan orang fasik, orang munafik, orang berdosa, orang jahat di (Mzm.26:4-5).
Kata (yMiätuB. ) adalah kata benda berbentuk maskulin tunggal konstruk siffix orang pertama tunggal dengan memakai kata depan B artinya “di dalam” dan dari kata dasar ~To artinya “integritas aku” atau di dalam “kemurnian hati aku.” Kata yMiätuB. adalah kata benda tunggal suffiks (akhiran ganti) yang senantiasa berbentuk perpendekan (konstruk) karena dikaitkan dengan esensi seseorang yang percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan. Orang yang hidup dalam integritas atau dalam kesucian, karena pengakuan percaya kepada Tuhan.
Terjemahan versi inggris menerjemahkannya secara bervariasi, misalnya versi ASV, KJV,YLT “in mine integrity”, versi NASB,RSV, WEB “in my integrity” versi NIV “for I have led a blameless life.” Versi LXE (Ingris LXX) dan Targum (Tehillim), “for I have walked in my (perfect) innocence.” Sedangkan versi LAI-TB “aku telah hidup dalam ketulusan.” Ada dua hal yang mungkin terjadi di sini. Pertama, pemilihan kata ketulusan itu dilakukan sebelum kata integrity menghubungkan dengan pengakuan aku percaya kepada Tuhan. Kedua, kata ketulusan sangat erat hubungannya hidup setia dihadapan TUHAN. Hal ini memberikan pengertian bahwa integrity maupun integritas memuat arti “kejujuran”. Kata kejujuran sifat berkenan kepada TUHAN. Kamus bahasa Indonesia, memberi gambaran kedua kata tersebut identik yang memiliki pengertian pembentukan sosok pribadi manusia sesuai yang diharapkan yaitu manusia yang “paripurna” atau secara sederhananya ialah manusia yang penuh dengan “kemuliaan”.[70] Integrity mempunyai ciri-ciri kesempurnaan jati diri dan nilai dari seluruh kebaikan. Misalnya; kejujuran (honesty), kesucian (blameless) dan keadaan tidak bersalah/berdosa (innocence). Penetapan kata ketulusan untuk integrity menurut penulis cukup sesuai, karena mecakup seluruh keberadaan Daud yang telah percaya kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Pengertian ini dipertegas kembali di ayat 3, NASB “For Thy lovingkindness is before my eyes, And I have walked in Thy truth.” LAI-TB, “Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu.”
Kata `^T<)mia]B; dalam kebenaran-Mu (in Thy truth) berfungsi sebagai kata ganti suffiks ba’amitteka sebagai objektif bukan subjektif.[71] Artinya adalah Daud tidak mendasarkan pada kebaikan yang ada dalam dirinya untuk memohon belaskasihan Allah melainkan menyerahkan sepenuhnya pada penilaian Allah sebagai Allah yang berdaulat.[72] Daud yakin, Ia telah hidup (yTik.l;_h'. “aku telah berjalan”) dalam ketulusan (yMiätuB. “intergitasku” ay.2b) sesuai dengan sifat yang berpola pada kehendak Allah. (bdk. Mzm.7:9;25:21;41:13;103:3) atau dengan kata lain “matanya senantiasa tertuju kepada (^D>s.x;â-yKi() kesetiaan-Mu/kasih setia-Mu.”ayat 3, parelel dengan frase “sebab aku telah hidup dalam (yMiätuB.) “integritasku.”
Dasar dari absolut tindakan Daud untuk membenarkan diri adalah karena “ia telah percaya” (yTix.j;ªB'÷ “aku telah percaya”) paralel sintetik[73] dengan “Ia telah hidup dalam kebenaran-Mu” (`^T<)mia]B; dari kata dasar tm,a/, seakar dengan kata !m;a' [aman] = “the true God,” ay.3b). Bukan karena ia benar pada dirinya, melainkan karena ia percaya kepada Tuhan. Orang yang hidup dalam “kebenaran-Mu” adalah orang yang telah sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan. Sikap ini dapat diuji dan diselidiki (bdk. Yer. 6:7), dicobai (seperti kemurnian mas atau logam yang diuji keasliannya) apakah ia tahan uji sampai pada hati (`yBi(liw> “jantung”), yang menentukan kebijaksanaan sesorang (bdk. Ur. Mzm. 16:10) dan batin (yt;äAyl.ki “buah ginjal”) yang mengarahkan sikap dan perasaan sesorang manusia. Craigie memahami kata ( yt;äAyl.ki) sebagai The “kidneys” “ginjal” yang dianggap sebagai dasar emosi “hati” dan dasar dari pikiran, maka dalam arti bahasa Inggris, “menguji hati dan pikiran saya” (RSV).[74] Dari hati dan batin manusia Tuhan sesungguhnya mengenal manusia sedalam-dalamnya dan tidak ada yang dapat disembunyikan (bdk. Mzm. 7:10; Yer. 10:20; 17:20).[75]
2. Adanya Bukti Pengakuan Daud
Bukti bahwa Daud adalah orang yang berintegritas, percaya pada Tuhan dan hidup dalam kebenaran (ay. 1b,3) adalah; tidak duduk bersama penipu dan orang fasik, tidak bergaul dengan orang munafik, membenci perkumpulan orang yang berbuat jahat. Bukti ini dipertegas dengan munculnya kata “duduk” (1:1) orang-orang jahat yang disebut “penipu (GK H8736 menjelaskan orang-orang yang telah memberikan diri mereka untuk mengejar hal-hal duniawi), dan kata “orang munafik” (GK H6623 menjelaskan orang-orang yang hati dan bermotifasi jahat atau bermuka dua), sebagai bukti “orang yang berbuat jahat.” “assembly of evildoers” dikontraskan dengan “great assembly” dari v.12. Kata “assembly” (GK H7736) sering merujuk kepada umat Israel sebagai umat Allah (Kel 12:6; Im 16:17, Bil. 14:05.). Namun, dalam umat Tuhan ada segmen yang menolak kesetiaan kepada Tuhan. Mereka membentuk perkumpulan umat yang terpisah dari Tuhan. Pemazmur menegaskan kebenciannya atas kejahatan dan perkumpulan dari umat yang memisahkan diri dari umat Allah.[76] Dalam Ibrani ditulis;
aw>v"+-ytem.-~[i yTib.v;y"â -al{ (4)
Ÿdengan manusia-manusia sombong Ÿ aku telah mendududkanŸ tidak
`aAb)a' al{å ~ymiªl'[]n:÷ ~[iîw>
aku akan memasuki Ÿtidak Ÿ kami sedang disembunyikanŸdan dengan
~y[i_rEm. lh;äq. ytianEf'â (5)
Ÿ pebuatan orang-orang yang biasa berbuat jahat Ÿ pertemuan Ÿ aku telah membenci
`bve(ae al{å ~y[iªv'r>÷ -~[iw>
aku akan duduk Ÿ tidak Ÿoorang-orang fasik Ÿ dan dengan
yP'_K; !AyæQ'nIB. #x;är>a, (6)
Ÿdua telapak tangan aku Ÿ di dalam keadaan tidak bersalah Ÿ aku akan mencuci
`hw")hy> ^åx]B;z>mi-ta, hb'Þb.soa]w:
TUHAN Ÿ dalam altar-Mu Ÿ aku pasti/mau berkeliling
`^yt,(Aal.p.nI -lK' rPeªs;l.W÷ hd"_AT lAqåB. [:miv.l;â (7)
keagungan-Mu Ÿ semua Ÿ dan untuk mencertiakan Ÿ rasa syukur Ÿ dengan suaraku Ÿ untuk memperdengarkan
^t<+yBe !A[åm. yTib.h;a'â hw"©hy>) (8)
Ÿ rumah tempat kediaman-Mu Ÿ tempat tinggal Ÿ aku telah mencintai Ÿ oh TUHAN
`^d<)AbK. !K:ïv.mi ~Aqªm.W÷
kemuliaan-Mu Ÿ rumah ibadah Ÿ dan tempat
Terjemahan: aku telah membenci pertemuan perbuatan orang-orang yang biasa berbuat jahat dan dengan orang-orang fasik tidak aku akan duduk, aku telah tidak duduk dengan manusia-manusia sombong dan dengan kemunafikan aku tidak akan masuk, aku akan mencuci dua telapak tanganku di dalam keadaan tidak bersalah, aku pasti/mau berkeliling dalam altar-Mu TUHAN untuk memperdengarkan dengan suaraku rasa syukur dan untuk menceritakan semua keagungan-Mu oh TUHAN, aku telah mencintai tempat tinggal rumah kediaman-Mu dan tempat tabernakel /rumah ibadah kemuliaan-Mu.
Dalam terjemahan NASB menyebutkan; “I do not sit with deceitful men, Nor will I go with pretenders. I hate the assembly of evildoers, And I will not sit with the wicked. I shall wash my hands in innocence, And I will go about Thine altar, O LORD, That I may proclaim with the voice of thanksgiving, And declare all Thy wonders.O LORD, I love the habitation of Thy house, And the place where Thy glory dwells. Dalam terjemahan LAI-TB, “Aku tidak duduk dengan penipu, dan dengan orang munafik aku tidak bergaul; aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat, dan dengan orang fasik aku tidak duduk. Aku membasuh tanganku tanda tak bersalah, lalu berjalan mengelilingi mezbah-Mu, ya TUHAN, sambil memperdengarkan nyanyian syukur dengan nyaring, dan menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib. TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam.” Dari ayat ini sangat jelas bahwa Daud membuktikan dia benar-benar hidup dalam ketulusan dan telah benar-benar percaya kepada Tuhan (ay 1b).
Dalam keadaan Daud telah hidup dalam ketulusan (ay. 1b) yang ditegaskan kembali di ayat 3a “Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu”, membuktikan bahwa ia benar-benar telah percaya kepada Tuhan (ay.1c) dan telah hidup dalam kebenaran-Nya (ay.3b). Bukti empiris bahwa Daud benar-benar memiliki integritas di dalam Tuhan, adalah di ayat 4-5. Alasan Daud telah hidup dalam integritas (praying for purification) adalah penegasan yang dibuktikan dalam ayat 4 dan ayat 5. frase “aku tidak duduk dengan penipu” (yTib.v;y"â-al{ “aku telah tidak mendududkan” parallel dengan “aku tidak bergaul dengan orang munafik” (`aAb)a' al{å “tidak aku akan memasukan”) dan frase “aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat” (ytianEf'â “aku telah membenci”ay.5) parallel “dengan orang fasik aku tidak duduk” (bve(ae al{å “tidak aku akan duduk.” Ketidakterlibatannya dengan orang-orang munafik, fasik, berdosa dan berbuat jahat di tunjukkan dengan ayat 6-7. “Aku membasuh tanganku tanda tak bersalah, lalu berjalan mengelilingi mezbah-Mu, ya TUHAN, sambil memperdengarkan nyanyian syukur dengan nyaring, dan menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib.” Pengertian kalimat ini menurut Marie Claire Barth & B.A. Pareira, bersifat formalitas historis ibadah orang Israel dimana, tua-tua Israel haruslah membasuh tangannya tertanda tidak terlibat dalam pembunuhan (Ul. 21:6-7) sama halnya yang terjadi dalam peristiwa perkataan Pilatus dalam pengadilan Yesus (Mat. 27:24) “Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!”.[77] Craigie menegaskan tentang simbol dari mencuci tangan bagi orang Yahudi sebagai “clean hands” dengan menuliskan;
The washing was symbolic, signifying both innocence and yet, at the same time, the need for purification; the act was a symbolic fulfilment of the prerequisite of “clean hands” for the would-be worshiper (see Ps 24:4) and was apparently a regular ritual at the entrance to the temple (cf. Ps 73:13).[78]
Mencuci tangan adalah merupakan simbol (tangan bersih) yaitu seseorang bebas dari dosa (memiliki hati yang bersih Mzm. 73:13) dalam istilah Jamieson,Fuisset,Brown, “expressive symbol of freedom from sinful acts”[79] sebagai persyaratan sebagai seorang hamba (Bdk. Mzm. 24:4) untuk masuk ke Bait Allah.
Puncak dari semua alasan Daud kenapa dia layak meminta keadilan Allah adalah di 26:8 sebagai pengakuan Daud bahwa ia layak yaitu mencintai Bait Suci berhubungan dengan integritas yang dijelaskan di 26:1-7. Craigie mengistilahkan ini sebagai Affirmation and prayer (26:8–10),[80] yaitu penegasan bahwa Daud berintegritas (ay .1b) yaitu “mencintai” Bait Allah atau rumah ibadah, bukan karena keindahan arsitektur, tetapi karena kehadiran Allah atau “kemuliaan” (ay. 8b) hadir di sana. Ayat 8 menyebutkan “TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam.” Adalah wajar kalau pemazmur mencintai tempat di mana ia terlindung dan mengalami kasih setia Allah (bdk. Mzm. 23:6; 24:7; 84:2,5) yang hadir dalam kemuliaan-Nya (bdk. 24:7). Kata kerja yTib.h;a'â dalam bentuk perfek orang pertama tunggal “aku telah mencintai.” Pengertian ini menjelaskan bahwa Daud mencintai Rumah Allah secara otomatis ia sungguh-sungguh dan benar-benar mengasihi Allah, benar-benar mencintai peraturan Allah. Maka dengan bukti ini, Daud memohon supaya dia mendapatkan keadilan yang sepantasnya. Mazmur 7:9b hakimilah aku Tuhan, apakah aku benar dan apakah aku tulus ikhlas (berintegritas) dan 7:11 “perisai bagiku adalah Allah yang menyelamatkan orang-orang yang tulus hati (berintegritas).”
3. Unsur Petisi : Permohonan Minta Tolong Kepada Tuhan
Permohonan minta tolong pemazmur kepada Tuhan di dasarkan pada pemahamannya tentang keadilan Allah yang pasti menghakimi orang fasik dan menolong orang yang benar. Daud sedang berada pada posisi dituduh atau dikhianati sehingga dipisahkan dari antara orang fasik. Ia memohon supaya Allah memisahkan dirinya dengan orang fasik. Ia kemudian memberi bukti-bukti yang diandalkan sebagai dasar Daud telah benar-benar percaya kepada Allah. [81]
Ada tiga bagian penting dalam permohonan Daud kepada Allah: 1) Daud Memahami Allah sebagai Allah yang kudus dan berkuasa. Daud yakin bahwa permohonannya akan memisahkan dirinya dengan orang fasik dan orang berdosa. Bukti bahwa pernyatan Daud dalam doa bahwa ia telah hidup dalam integritas menegaskan bahwa Allah sangat menghendaki kekudusan dan menghukum orang yang tidak hidup dalam kekudusan. 2) Sebuah pernyataan tentang apa yang dikehendaki Allah, Mzm. 26:3-8. Misalnya; Daud mencintai dan fokus hanya kepada Allah, serta ia berjalan dalam kebenaran-Nya, Mzm. 26:3. Daud menyadari bahwa ia terjebak dalam kumpulan orang fasik sehingga ia tidak senang bergaul dengan mereka, Mzm. 26 :4-5. Keinginan hatinya untuk mendekati mezbah Allah dengan hati yang murni sambil memuji-Nya, dan selalu rindu untuk beribadah, Mzm. 26 :6-7. Hal ini dibuktikan dengan mencintai tempat tinggal Allah, atau kediaman-Nya, Mzm. 26: 8. 3). Permohonan supaya Daud tidak dihukum bersama orang fasik Mzm. 26 :9.[82]
Kuncinya adalah, permohonan Daud ini adalah memohon bimbingan dan petunjuk Allah, ia berdoa untuk mencari wajah-Nya, ia memohon bahwa Tuhan akan memungkinkan dia tulus untuk melaksanakan keinginannya tersebut dan tujuan dari hatinya yang murni.[83] Mazmur ini merupakan ilustrasi indah dari sifat seorang pemohon yang benar, karena keinginannya telah dibuktikan dengan hidup saleh sehingga Daud dilayakkan untuk berada di dalam kediaman-Nya yang kudus.
Ada tiga ayat yang menjelaskan adanya unsur petisi atau permohonan kepada Tuhan yaitu ayat 1, 2 dan ayat 9-10.
Sedangkan terjemahan literalnya adalah sbb:
yTik.l;_h' yMiätuB. ynIa]â-yKi( hw"©hy> ynIjEÜp.v' (1)
aku telah berjalan Ÿ integirtasaku/kemurnian hatiku Ÿ sebab aku Ÿ oh TUHAN ŸAdililah aku, Ÿ
d['(m.a, al{å yTix.j;ªB'÷ hw"ïhyb;W
aku akan goncang/gentar Ÿ tidak Ÿaku telah percaya Ÿdan di dalam TUHAN
`yBi(liw> yt;äAyl.ki Îhp'Þr>c'пhp'Arc.À ynISE+n:w> hw"åhy> ynInEåx'B. (2)
dan kehendak hati manusia aku Ÿpikiran manusia aku Ÿ saringlah/bersihkanlah Ÿdan cobalah aku Ÿoh TUHAN Ÿ ujilah aku
yvi_p.n: ~yaiäJ'x;-~[i @soæa/T, -la; (9)
Ÿjiwaku/hidupkuŸdengan orang berdosaŸbiarlah/kiranya engkau mengumpulkanŸtidak
`yY")x; ~ymiäd" yveÞn>a;-~[iw>
hidupkuŸhaus banyak darah Ÿdan dengan orang-orang
`dx;Vo) ha'l.m'ä ~n"©ymiywI÷) hM'_zI ~h,îydEyBi -rv,a] (10)
uang suapan Ÿ dia telah memenuhi Ÿ dan tangan kanannya Ÿ rencana jahat Ÿ dalam tangannya Ÿ yang
Terjemahan literalnya
1-2 Adililah aku oh TUHAN, sebab integritasku /kemurnian hatiku aku telah berjalan, dan di dalam TUHAN aku telah percaya tidak aku akan goncang /gentar. Ujilah aku oh TUHAN dan cobalah aku, saringkanlah pikiran dan kehendak manusia aku. 9-10 Biarlah kiranya engkau tidak mengumpulkan dengan orang berdosa jiwa/hidup aku, dan hidupku dengan orang haus darah, yang dalam tanganya rencana jahat dan dalam tangan kanannya penuh dengan uang suapan
Dalam terjemahan NASB, “Vindicate me, O LORD, for I have walked in my integrity; And I have trusted in the LORD without wavering. 2 Examine me, O LORD, and try me; Test my mind and my heart (Mzm. 26:1-2) dan “Do not take my soul away along with sinners, Nor my life with men of bloodshed, In whose hands is a wicked scheme, And whose right hand is full of bribes (Mzm 26:9-10). Sedangkan terjemahan LAI-TB, “Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu. Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku” (Mzm. 26:1-2) dan “Janganlah mencabut nyawaku bersama-sama orang berdosa, atau hidupku bersama-sama orang penumpah darah, yang pada tangannya melekat perbuatan mesum, dan yang tangan kanannya menerima suapan” (Mzm. 26:9-10).
Penulusuran dari penjelasan alasan di atas terlihat bahwa permohonan Daud kepada Tuhan dalam bentuk kata kerja imperative maskulin, suffiks; (misalnya; kata ynIjEÜp.v' “adililah aku” ay.1 dan kata ynInEåx'B. “ujilah aku” kata ynISE+n:w> “cobalah aku” frase yBi(liw> yt;äAyl.ki “Selidikilah batinku dan hatiku” ay.2), berbentuk Klimatik Paralelisme yaitu gabungan antara sinonim paralelisme dan sintetik paralelisme.[84] anti klimaks permohonan Daud tertulis, Ayat 9, “Janganlah mencabut nyawaku bersama-sama orang berdosa.”
Bagian ini menjelaskan permohonan dari peratap. Daud merasa terhukum/tertuduh pedahal ia telah hidup berkenan kepada Allah (adanya alasan). Intinya ada pada kalimat pendahuluan yang dimulai dengan kata kerja ynIjEÜp.v' LAI-TB menerjemahkan “berilah keadilan kepadaku.” Kata ynIjEÜp.v' kata kerja qal imperative maskulin tunggal sufiks orang perta tunggal dari kata dasar jpv yang artinya “adililah aku” dalam terjemahan versi inggris menerjemahkan “Vindicate me” dan “Judge me” yang pada intinya memiliki arti sombolik dari penyulingan emas murni.[85]
Kata vindicate memiliki dua arti, pertama bukti bahwa sesuatu itu benar atau anda melakukan sesuatu yang benar (prove that something is true or that you were right to do something). Sedang yang kedua, bukti bahwa seseorang tidak bersalah melakukan sesuatu (prove that somebody is not guilty of something).[86] Dengan demikian, boleh dibilang dalam kata vindicate terkandung makna ‘pembuktian terhadap benar-salah’. Alkitab LAI-TB menerjemahkan keadilan. Keadilan itu sendiri diartikan sebagai sifat (perbuatan, perlakuan, dan sebagainya) yang adil. Dengan mencermati frase Berilah keadilan kepadaku, (harf. “adililah aku” pemazmur meminta supaya Tuhan segera membuktikan perihal benar-salah terhadap dirinya. Dan kalau mencermati frase selanjutnya, susunan kalimatnya bisa diubah menjadi “nyatakanlah bahwa diriku ini benar sebab aku telah hidup dalam ketulusan. Atau Adililah aku sebab aku telah hidup dalam ketulusan.” Oleh karena itu, dengan keyakinan dan kepercayaan Daud kepada Tuhan, ia melanjutkan dengan kata ynInEåx'B. “ujilah aku” kata ynISE+n:w> “cobalah aku” frase yBi(liw> yt;äAyl.ki “Selidikilah batinku dan hatiku” ay.2). Dalam puisi ibrani ini mempunyai bentuk formula “unit”[87] dan “Asonansi”[88]. Selain itu, kata-kata ini memiliki bentuk suffiks (akhiran ganti), yang menjelaskan Daud sebagai objek penyerta. Artinya, Daud memohon kepada Tuhan supaya segera bertindak berdasar sifat Maha adil-Nya. Hal ini dinyatakan di dalam ayat 9-10 sebagai anti klimaks permohonan Daud kepada Allah.
Ayat 9-10 dimulai dengan kata “Janganlah mencabut nyawaku bersama-sama orang berdosa,” dalam bahasa Ibrani yvi_p.n: ~yaiäJ'x;-~[i @soæa/T,-la; . Kata @soæa/T,-la; terdiri dari kata keterangan la; dan kata kerja @sa dalam bentuk qal imperfek orang ke 2 maskulin tunggal dalam pengertian Yusif, namun dalam kata ini bentuk yusif tidak ada yang unik.[89] Artinya adalah “janganlah kiranya engkau mengumpulkan” di gabungkan dengan kata sifat ~yaiäJ'x;-~[i ~[i terdiri dari kata depan ~[i “dengan” dan kata dasar aJ'x; maskulin jamak, artinya “orang berdosa”. Kata benda yvi_p.n: dari kata dasar vp,n< feminin tunggal konstruk suffix orang pertama tunggal, yang artinya “jiwa/hidup manusia aku”. Jika digabungkan seluruhnya menjadi “janganlah kiranya Engkau mengumpulkan jiwaku/hidupku dengan orang berdosa.” Terjemahan LAI-TB “Janganlah mencabut nyawaku bersama-sama orang berdosa.” Terjemahan ini menegaskan tentang permohonan Daud supaya Tuhan tidak membinasakan dirinya bersama-sama orang berdosa. Ketika Daud memohon berilah keadilan kepadanya, Daud mengenal karakter Allah dengan baik, dia tahu bahwa penghakiman Allah berdasarkan sifat adil-Nya, orang fasik/berdosa pasti dibinasakan-Nya dan orang yang percaya dan hidup taat akan dikasihi-Nya.
Permohonan Daud di ayat 9 tergambar dari tujuan mazmur kutukan yang menilai orang fasik untuk menyatakan adanya orang-orang benar (Mzm. 7:9-10), berkat bagi orang benar dari Allah yang menghakimi bumi (Mzm 58:11). Daud menyatkan Allah berdaulat Tuhan akan menghancurkan musuh-musuh-Nya (Mzm. 59:13). Orang fasik tidak akan menikmati berkat bersama orang-orang benar dan dihapus dari kitab kehidupan (69:29). Hukuman Tuhan kepada orang fasik supaya mereka mengenal nama Tuhan sebagai Allah Yang Maha Tinggi.[90]
D. Keluhan-Keluhan
Pada bagian ini, penulis tidak akan menjelaskan panjang lebar, karena sebagian besar sudah dijelaskan dibagian (B “permohonan kepada Tuhan). Namun tidak ada salahnya penulis akan menegaskan kembali mengenai jenis keluhan-keluhan yang muncul dalam mazmur ratapan Daud dalam Mazmur 26:1-12.
Adapun jenis keluhan-keluhan yang ada dalam mazmur ratapan ini adalah sebagai berikut:
1. Keluhan menegakkan keadilan
Seperti yang sudah penulis jelaskan di atas pada bagian pendahuluan, tujuan keluhan Daud kepada Tuhan adalah memohon supaya Tuhan memberikan keadilan kepadanya. Pada ayat 1 di tulis hw"©hy> ynIjEÜp.v' dwI“d"l. (dari Daud, oh TUHAN Adililah aku), dan ayat 2 hw"åhy> ynInEåx'B (ujilah aku, oh TUHAN). Perkataan permohonan Daud dengan kata imperative adililah aku dan ujilah aku mengindikasikan bahwa Daud berada pada situasi tertuduh. Vangameran menegaskan bahwa Daud sedang meminta kepada Allah supaya memberikan keadilan kepadanya. Seperti yang dituliskannya.[91] Hal yang sama juga disampaikan oleh Calvin bahwa tujuan dari kata adililah aku adalah permohonan atau permintaan Daud untuk keadilan Allah dunyatakan karena ia dituduh melakukan banyak kesalahan sama dengan orang-orang berdosa, munafik dan jahat.[92]
Daud sebagai tertuduh dan pantas dikasihani dan menempatkan Tuhan sebagai hakim serta menempatkan orang fasik sebagai yang layak dihakimi Tuhan.[93] Oleh karena itu, Daud menunjukkan pembelaannya dengan prinsip, “percaya kepada Tuhan” dan “telah hidup berdasarkan sifat yang dipercayainya yaitu Tuhan yang kudus dan suci.” Barth dan Pareira menegaskan bahwa Daud meminta Tuhan sebagai hakim, seperti yang disebutkan di dalam nyanyian ratapan Daud di Mazmur 7:12 dan mazmur pujian Daud di Mazmur 9:5 (bdk Maz. 75:8. dan Daud juga meminta keadilan seperti di Mazmur 43:1.[94]
2. Keluhan adanya penuduh
Identitas penuduh dalam mazmur ini, tidak ditulis secara eksplisit, namun dapat diidentifikasi melalui perkataan Daud dalam Mazmur 26:4-5 “Aku tidak duduk dengan penipu, dan dengan orang munafik aku tidak bergaul; aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat, dan dengan orang fasik aku tidak duduk”. Dan perkataan Daud dalam Mazmur 26:11b, “bebaskanlah aku dan kasihanilah aku” yang dalam bahasa Ibrani ditulis hd'P' (padah) yang berarti “menebus” , dengan cara menebus, yang ditebus, nilai pelunasan, yang ditolong dan sungguh pasti menebus.
Identifikasi dari frase tersebut memperlihatkan bahwa, Daud berada pada situasi merasa tertuduh oleh orang-orang yang ada disekitarnya.[95] Seperti hubungan dengan Mazmur 26 dengan Mazmur 7:7,10-12 dalam nyanyian ratapan Daud yang kemungkinan besar ada hubungan dengan musuh-musuhnya seperti Saul, Absalom dll.[96] Hal yang sama di tegaskan oleh Baigent, keluhan adanya peratap berkaitan dengan adanya tekanan, ancaman secara spiritual maupun secara natural dari orang-orang yang membenci dan memusuhi peratap. Ratapan pribadi Daud sangat erat hubungan dengan tekanan yang dialaminya karena Saul dan Yonatan (2Sam 1:17) dan cengkraman musuh-musuhnya termasuk juga Saul (2Sam. 22:1).[97]
Dari identifikasi adanya musuh “penuduh” diperjelas dengan ayat 11 diman Daud merasa dibebaskan dari penuduh, karena terbukti bahwa anugerah Tuhan telah menyatakan bahwa dia hidup dalam ketulusan, sehingga Ia wajib bersyukur dan berjanji untuk hidup dalam kesetiaan kepada Allah yang telah membebaskannya.
E. Kepercayaan: Pengakuan percaya Daud kepada Allah (26:1b).
Pengakuan kepercayaan kepada Allah (26:1b). Dibuktikan dengan mengfokuskan hidupnya kepada kesetiaan dan kebenaran Allah (26:3). Bukan hanya sekedar pernyataan, Daudpun membuktikannya dengan mencintai Bait Allah. Kepercayaan sejati bukan hanya sekedar perkataan tetapi pembukitan bahwa seserang itu benar-benar percaya kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Dalam terjemahan NASB berbunyi, “And I have trusted in the LORD without wavering.”(26:1c), For Thy lovingkindness is before my eyes, And I have walked in Thy truth. (26:3) O LORD, I love the habitation of Thy house, And the place where Thy glory dwells. (26:8). Dalam terjemahan LAI, “kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu” (ay 1c) “Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu” (ay 3). Dan “TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam” (Ay 8).
d['(m.a, al{å yTix.j;ªB'÷ hw"ïhyb;W (1c)
aku akan goncang/gentar Ÿ tidak Ÿaku telah percaya Ÿdan di dalam TUHAN
`^T<)mia]B; yTik.L;ªh;t.hiw>÷ yn"+y[e dg<n<ål. ^D>s.x;â-yK (3)
di dalam kesetiaan-Mu Ÿ dan aku akan menjalankan Ÿ kedua mataku Ÿ untuk berhadapan dengan Ÿ sebab kasihsayang-Mu
^t<+yBe !A[åm. yTib.h;a'â hw"©hy>) (8)
Ÿ rumah tempat kediaman-Mu Ÿ tempat tinggal Ÿ aku telah mencintai Ÿ oh TUHAN
`^d<)AbK. !K:ïv.mi ~Aqªm.W÷
kemuliaan-Mu Ÿ rumah ibadah Ÿ dan tempat
Terjemahan literalnya:
Dan di dalam TUHAN aku telah percaya tidak aku akan goncang /gentar.
Sebab kasih setia-Mu nyata di kedua mataku dan aku akan menjalankan di dalam kesetiaan-Mu.
oh TUHAN, aku telah mencintai tempat tinggal rumah kediaman-Mu dan tempat tabernakel /rumah ibadah kemuliaan-Mu
Untuk lebih memahami maksud dari unsure kepercayaan Daud dalam mazmur ini, maka penulis akan meneliti makna kata yTix.j;ªB'÷ “aku telah percaya”. Kata yTix.j;ªB'÷ adalah kata kerja perfek, bentuk tunggal dari kata dasar xjb yang artinya “aku telah percaya.” Dalam TWOT menegaskan bahwa kata xj'B' (b¹‰¹µ) yang berarti, (percaya dalam, persaan selamat, keyakinan, tidak ada beban) serupa dengan terjemahan ASV dan RSV yang pada umumnya digunakan kata “bersandar pada.”[98] Konsep Alkitab tentang kata xj'B' “faith/faithfulness” (kepercayaan/kesetiaan) selalu dihubungkan antara Allah yang dipercayai dan umat-Nya yang mempercayai, sebagai suatu hubungan pribadi yang sangat esensial, dinamis dan bervariasi. Salah satu kata yang dominan yang muncul dalam Perjanjian Lama adalah kata kerja xj;B' (“untuk percaya”, “untuk sungguh-sungguh percaya kepada”). Kata ini sangat erat hubungan dengan istilah semantik (hesed_ ‘kasih setia’, ‘kesetiaan perjanjian’), dan sedeq (‘pembenaran’, ‘keselamatan’, ‘kesetiaan’).[99] Artinya adalah dalam kata dasar “percaya” (trust) tidak bisa dipisahkan dengan iman (faith).[100] Dalam Alkitab sangat jelas relasinya yaitu anugerah iman kepada seseorang sehingga dalam dirinya memunculkan “kepercayaan” kepada Allah.[101] Dalam mazmur 26 terlihat relasi yang erat antara permohonan doa Daud dengan kata “ya TUHAN” dengan kata “aku percaya” menempatkan Tuhan sebagai pusat segala sesuatu. Seperti yang ditegaskan oleh Thomson bahwa kata “aku percaya” sering muncul dalam kelompok mazmur-mazmur pengakuan iman, Allah adalah Tuhan yang dimani dan dipercayai sebagai Khalik, Raja segala bangsa, hakim dan pemerintah atas alam semesta (Maz 47;68;145-150).[102]
Ungkapan Daud secara literal dalam ayat 1b yaitu; “dan di dalam TUHAN aku telah percaya aku tidak akan goncang”, mayoritas terjemahan versi bahasa Inggris “And I have trusted in the LORD” merupakan gambaran yang mendasari pembenaran dirinya sebagai orang yang telah hidup dalam integritas atau kesucuan. Dasar historikal tentang kepercayaan Daud dalam Alkitab secara jelas dikaitkan dengan perjanjian dan pemilihan Allah terhadap Daud. Dasar inilah yang kemudian Daud melakukan perubahan dan permusuhan dengan musuh-musuh yang tidak mengenal Allah “fasik” dan “berdosa.” [103]
Dengan demikian, makna penting dari frase “dan di dalam TUHAN aku telah percaya” adalah pembenaran diri Daud yang berharap adanya keadilan Tuhan supaya Tuhan berkenan menolong Daud dalam segala pergumulan berkaitan adanya orang-orang berdosa atau fasik disekelilingnya. Jadi antara “percaya” dan “tindakan” harus selaras. Orang yang “hidup dalam kekudusan” pasti percaya Tuhan. orang yang mengaku percaya belum tentu hidup dalam kekudusan karena hanya sekedar perkataan belaka.
F. Penutup Doa Ratapan Daud.
Penutup doa ratapan Daud bersifat janji untuk terus hidup sesuai dengan kehendak Tuhan melalui rasa syukur dan pujiannya karena pertolongan dan kasih TUHAN (26:11-12) dalam terjemahan NASB Ayat 11; “But as for me, I shall walk in my integrity; Redeem me, and be gracious to me. My foot stands on a level place; In the congregations I shall bless the LORD. Sedangkan LAI-TB menerjemahkan; “Tetapi aku ini hidup dalam ketulusan; bebaskanlah aku dan kasihanilah aku. Kakiku berdiri di tanah yang rata; aku mau memuji TUHAN dalam jemaah.”
`ynINE)x'w> ynIdEåP. %leªae yMiîtuB. ynIa]w:â
dan kasihanilah aku Ÿ tebuslah/bebaskanlah aku Ÿ aku akan berjalan Ÿ intergrtasku/kesucianku Ÿ tetapi bagiku
`hw")hy> %rEïb'a] ~yliªheq.m;B.÷ rAv=ymib. hd"äm.['( ylig>r:â
TUHAN Ÿ aku akan memberkati Ÿ dalam perkumpulan jemaah Ÿ di dalam tempat rata Ÿ dia telah berdiri Ÿ kakiku
Terjemahan:
Tetapi bagiku di dalam integritasku/kesucianku aku akan berjalan, tebuslah aku dan kasihanilah aku, Kakiku telah berdiri di dalam tempat rata; di dalam perkumpulan jemaah aku akan memberkati/memberi yang terbaik untuk TUHAN
Penutup doa dan ratapan Daud ini, merupakan Inklusio[104] yang artinya sebagai pengulangan yang membuka dan menutup sebuah puisi. Sedangkan ayat 12 “kakiku berdiri di tanah yang rata” adalah kekonsistenan Daud “tentang hidup dalam ketulusan” ayat 1 dan 11 yang ditutup dengan “aku akan memberkati TUHAN dalam perkumpulan jemaah” (ay.12). Ada dua unsur dalam pentup doa ratapan atau keluhan Daud dalam Mazmur ini, yaitu; pertama, berisi janji Daud untuk menjaga integritasnya di hadapan Tuhan dan kedua, berisi pujian kepada Allah sebagai bentuk doxology yang menutup seluruh rangakaian doa pemazmur.
1. Berisi Janji Daud
Janji untuk menjaga integritas untuk hidup setia kepada Allah (26:11). Urutan kalimat dalam ayat 11 ini sebagai berikut: “Tetapi bagi aku (ynIa]w:â) di dalam integritasku/kesucianku (yMiîtuB.) aku akan berjalan (%leªae ) tebuslah aku ynIdEåP. dan kasihanilah aku `ynINE)x'w> . Pemunculan kembali frase “tetapi aku ini hidup dalam ketulusan” memperjelas sebuah pembentukan inklusio yang merupakan inti dari keluhan Daud. Seperti pengakuan bahwa ia telah sungguh-sungguh hidup dalam integritas di ayat 1, maka di ayat 11 pengakuan tersebut menjadi sebuah tantangan yang berbentuk janji untuk hidup setia dan taat kepada Tuhan.
Ada dua hal penting tentang kenapa Daud harus berjanji untuk hidup setia dan taat kepada Allah, yaitu 1) karena Tuhan menebus Daud, 2) karena Tuhan mengasihi Daud. (Mazmur 26:11).
a. Tuhan Menebus Daud. Kata kerja imperatif ynIdEåP. qal maskulin tunggal suffix 1st tunggal dari kata dasar hdp yang berarti “tebuslah aku.” Ada dua pengertian dari kata ini, yaitu pertama berakar dalam hukum; misalnya jiwa anak sulung dan hewan harus ditebus (Kel. 13:13-15; 34:19-20) atau orang harus mati terkutuk dapat dibebaskan dengan korban (1Sam 14:44-45). Dalam hukum sipil seorang budak wanita dapat ditebus dengan uang (Kel. 21:7-11), pemilik lembu yang suka menanduk sampai orang meninggal dapat dibebaskan dari hukuman mati dengan mempersembahkan korban pendamaian ( Kel. 21:30), orang yang ditawan akibat perang dapat dibebaskan dengan uang (Ayb. 6:23). Kedua beruhubungan dengan Tuhan yang menebus yang tidak bisa dinilai dengan uang atau harga tebusan; “Daud bersumpah demi Tuhan yang hidup yang telah membebaskan nyawaku dari kesesakan” (2Sam. 4:9; 1Raj. 1:29; bdk Yes. 29:22; Mzm. 55:19; 71:23; Ayb. 33:28). Selain itu adanya janji Tuhan untuk membebaskan orang pilihan-Nya dari bahaya maut (Yer. 15:21; bdk. Hos. 14:14; Mzm. 34:23, 49:16). Tuhan membebaskan Israel dari Mesir (Ul. 7:8; 9:26).[105]
b. Tuhan mengasihi Daud. Kata kerja imperatif `ynINE)x' qal maskulin tunggal suffix 1st tunggal dari kata dasar !nx artinya “kasihanilah aku”. Kata ini mempunyai pengertian harapan dari belas kasihan Allah. Bukan karena Allah menilai Daud baik, melainkan karena kebaikan dan kasih karunia serta belas kasihan-Nya sendiri. Anugerah bisa berarti pemberian cuma-cuma, pemberian murni karena kasih atau belas kasihan Tuhan.
Belas kasihan Allah kepada Daud, adalah gambaran obyek kasih Allah kepada manusia bukan karena kebaikan tetapi karena kehendak pilihanNya sendiri. Dalam Perjanjian Lama kata !nx
Penggunaan kata ini berarti perbuatan Allah yang menunjukkan kepada orang pilihan-Nya dimana orang yang mendapatkannya tidak layak menerimanya. (Kej. 6:7; Kel. 33:17; Bil. 6:25). Allah memilih bapak leluhur Israel hanya atas dasar kasih karunia-Nya sama sekali tidak ada dasar kebaikan dan kebenaran di dalamnya (Ul.7:7-8, bdk Ul. 8:18). Membuat perjanjian Sinai sama seperti perjanjian Abraham yang prakarsanya mutlak dari Allah.[106] Dalam konteks pemohonan belas kasihan kepada Allah, berkaitan dengan permohonan anugerah pembebasan dari musuh, kejahatan atau malapetaka dan pembebasan dari dosa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ungkapan “bebaskanlah” dan “kasihianilah” adalah alasan Daud untuk taat kepada Allah. Ketaatan kepada Allah untuk hidup tulus adalah bersifat wajib, karena tindakan Allah untuk membebaskan dan memberikan belas kasihan adalah anugerah-Nya secara mutlak yang bukan di dasarkan pada kebaikan Daud. Jadi oleh kasih karunia Allah, Daud bertekun untuk hidup dengan tulus atau berintegritas.[107]
2. Pujian kepada Allah:
Salah satu faktor yang umum dalam bentuk doa ratapan di kitab Mazmur adalah diakhiri dengan bentuk doxology[108] yang sifatnya pujian kepada Allah. Urutan kalimat di ayat 12 adalah; ylig>r:â (kakiku) hd"äm.['( (dia telah berdiri) rAv=ymib. (di dalam tempat rata) ~yliªheq.m;B.÷ (dalam perkumpulan jemaah) %rEïb'a] (aku akan memberkati) `hw")hy> (TUHAN). Ada dua point penting tentang pujian Daud kepada Allah, 1) Daud berdiri di tanah yang rata 2) Daud memuji Tuhan dalam Rumah Ibadah.
a. Daud Berdiri di tanah yang rata. Pemilihan dan Perjanjian Allah dengan pribadi Daud serta kepercayaannya kepada Allah yang dibuktikan melalui pengalaman dalam hidupnya yang hidup taat serta setia kepada-Nya, membuat Daud layak berada dalam hadirat Allah. Kata “Kakiku telah berdiri di tanah yang datar” (12a): kata-kata ini dapat ditafsirkan sebagai penegasan lebih lanjut dari integritas, sebagai konsekuensi pemazmur untuk beribadah kepada Allah.[109] Vangameran menegaskan hal ini sebagai kekonsistenan Daud untuk tetap setia kepada Allah, dan berusaha untuk tidak tergoda oleh tawaran dunia.[110] Dalam terjemahan LAI menuliskan “berdiri ditempat rata” sedangkan dalam arti kata Ibraninya miyshor מישׁור adalah “benar” “kebenaran,” atau “keadilan,” atau bisa juga diartikan, “kesamarataan”, tingkat daerah," (bdk. Yes. 40:4;42: 16).[111] Dengan demikian dapat diartikan Daud telah berada pada jalan yang benar, yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Dahood menerjemahkannya sebagai, “di jalan yang lurus”. Idenya adalah jalan yang lurus kontradiksi dengan jalan yang bengkok dari orang fasik. Daud menemukan suatu keputusan kebenaran yang sesungguhnya yaitu kehendak Tuhan. Jalan yang datar bisa berarti situasi yang ditempuh adalah aman, tenang. Pembuktian Daud bahwa ia telah hidup dalam integritas menjadikan dia adalah benar-benar anak Tuhan yang sesungguhnya. Pilihan Daud untuk masuk dalam kehendak Tuhan merupakan pilihan yang bijaksana, hal ini sesuai dengan janji Daud untuk terus menerus hidup dalam ketulusan.[112]
b. Daud memuji TUHAN dalam Rumah Tuhan. Dalam bahasa Ibrani kata kerja %rEïb'a] piel imperfek orang pertama tunggal dari kata dasar $rb yang berarti “aku akan memberkati”. Kata ini harus dimengerti sebagai pemberian Daud seutuhnya kepada Allah. Hal ini disebabkan kata $rb dalam PL senantiasa dihubungkan dengan karunia benda (Ul 11:26; Ams 10:22) dan sering dikontraskan dengan kutukan (Kej. 27:12l Ul. 11:26-28 dsb).[113] Secara theologies, tidak ada sesuatu hal yang dapat diberikan kepada Allah oleh manusia sehingga dengan pemberian itu Allah tergerak memberikan karunia-Nya. Jadi pemahaman ini harus dipahami sebagai penyerahan totalitas hati Daud untuk memuji dan memuliakan Allah.
Dengan demikian, ayat ini dapat dijelaskan bahwa Daud merayakan anugerah Allah sebagai wujud ucapan terima kasih karena hanya tangan Allah sendiri yang memungkinkan dia bisa benarkan. Pengakuan secara pribadi Daud atas kebaikan Allah dilakukannya di depan saksi yaitu jemaah di rumah ibadah.[114]
PENUTUP
Kesimpulan
Mazmur 26 adalah mazmur nyanyian dalam bentuk doa ratapan, mazmur ini ditulis dalam bentuk puisi. Puisi adalah bentuk komunikasi yang lebih baik untuk menyentuh seluruh kepribadian seseorang. Puisi merangsang imaginasi, membangkitkan perasaan, memberi informasi pada intelek dan menyentuh kehendak manusia. Perbandingan yang paling jelas terdapat dalam Kel 14:26-31 dan 15:1-5. Mazmur 26 merupakan salah satu pasal yang berbicara mengenai kepercayaan Daud kepada Allah sebagai hakim yang adil. Kesaksian antara hubungan pribadi Daud dengan Allah memberikan gambaran erat mengenai keintiman dimana Daud sangat memahami dengan benar siapakah Allah yang dia sembah.
Mazmur ratapan pribadi Daud merefleksikan doanya yang dituduh secara hukum, difitnah, ditekan, diancam musuh. Dalam mazmur 26 terlihat bahwa Daud pergi ke bait Allah untuk memohon perlindungan Allah. (26:8-12). Sifat musuh dalam Mazmur 26 adalah orang yang tidak berbuat baik (Mzm 26:10). Tidak rohani dan pencemooh, Atheis (tidak percaya Tuhan, Mzm 26:4-5). Pada akhirnya orang fasil pasti akan jatuh dan orang benar dimuliakan. Identitas musuh adalah mereka yang menuduh pemazmur sebagai objek hukuman Allah karena ia dianggap telah melakukan suatu dosa; atau, sebaliknya, mereka yang menyangkal keadilan ilahi serta menganggap pemazmur menderita terlepas dari kesalehannya. Mereka yang menuduh pemazmur telah berdosa dan dalam beberapa kasus, ketika pemazmur bersikeras pada ketidakbersalahannya, pemazmur diharapkan melalui upacara kultus tertentu untuk membuktikan ketidakbersalahannya.
Mazmur ratapan pribadi dalam Mazmur 26 dibagi lagi berdasarkan topik/inti pergumulan yang sedang dihadapi pemazmur. Dalam hal ini alasan ratapan Daud disebabkan Daud merasa tertekan karena dituduh. Susunan atau struktur dari doa ratapan Daud dalam Mazmur 26 ini dapat dilihat dari Strukturnya yang memiliki pendahuluan yang merupakan tujuan atau alamat Daud meratap yaitu Allah sebagai tempat Daud menumpahkan isi hatinya. Sedangkan isi dari semua doa ratapan Daud dalam Mazmur ini adalah adanya alasan ratapan yaitu tekanan secara spiritual
maupun tuduhan. Tujuan ratapan (keluhan) biasanya ditujukan pada Allah yang di anggap sebagai penyebab kesedihan dan harus bertanggungjawab. Daud juga percaya kepada Allah. Pada bagian penutup Daud mengakhiri dengan janji untuk bersyukur kepada Allah.
Bullock, C. Hassell.
2001 Encountering the Book of Psalms; Literary and Theological Introduction, Grand Rapids, Baker Academic.
Kaiser, Walter C.
1993 The Journey isn’t Over: The Pilgrim Psalms for Life’s Challenges and Joys, Grand Grand, Baker Book House.
Waltke, Bruce K.
2001 New International Dictionary Of Old Testament Theology And Exegesis. General Editors Willem A. Vangemeren, Grand Rapids. Zondervan.
Hill, Andrew E. & Walton, John H.
1998 Survei Perjanjian Lama, Malang, Gandum Mas.
Thomson, J.G.S.S.
2002 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, Jakarta, Yayasan Bina Kasih/OMF.
Baigent, John W.
1979 New International Bible Commentary. Editor F.F. Bruce, Grand Rapids, Zondervan.
Longman III, Tremper.
1988 How to Read the Psalms, Downers Grove, Inter Varsity Press.
Thompson,David L.
1992 Asbury Bible Commentary, Ed. By Eugene E. Carpenter & Wayne McCown. Grand Rapids, Zondervan Publishing House.
Sagala,Herlise Y.
2010 Diktat Kuliah Pasca Sarjana Tafsir Mazmur. Batu, Institut Injil Indonesia.
Craigie, Peter C.
1998 Word Biblical Commentary, Volume 19: Psalms 1-50, Editor. John D. W. Watts Dallas, Texas, Word Books, Publisher.
Gordon,Robert P.
2001 New International Dictionary Of Old Testament Theology And Exegesis. General Editor Willem A. Vangemeren. Grand Rapids, Zondervan Publishing House.
Calvin, John
1998 Commentary On The Psalms Vol. 1. Albany, USA, Ages Software.
Vangemeren, Willem A.
2001 Zondervan Niv Bible Commentary Vol 1. Editor Kenneth L. Barker & John Kohlenberger III. Grand Rapids, Zondervan.
Chisholm, Jr.,Robert B.
2005 A Biblkical Theology of the Old Testament Editor Roy B. Zuck. Malang, Gandum Mas.
Gunkel, Hermann.
1972 The Psalms; A Form Critical Introduction. Philadelphia, Fotress Press.
Alden, Robert L.
1978 “Chiastic Psalms III A Study In The Mechanics Of Semitic Poetry In Psalms” JETS 21/3 [September 1978]).
Fee, Gordon D. & Stuart, Douglas
2000 Hermeneutik; Bagaimana Menafsirkan Firman Tuhan dengan tepat. Malang, Gandum Mas.
Miller, Jr., Patrick D.
1986 Interpreting Psalms. Philadelphia, Fortress Press.
Boeker,T.G.R.
1993 Bahasa Ibrani. Batu, Institut Injil Indonesia.
Clifford, Richard J.
2002 Tafsir Perjanjian Lama, Yogyakarta, Kanisius.
Feuer, Avrohom Chaim.
1979 Tehillim : A New Translation With A Commentary Anthologized from Talmudic, Midrashic and Rabbinic Sources. New York, Mesorah Publications.
Achtemier, Paul J.
1985 Harper’s Bible Dictionary, San Francisco, Harper and Row.
Fretheim, Terence.
2001 New International Dictionary Of Old Testament Theology And Exegesis. General Editors Willem A. Vangemeren. Grand Rapids. Zondervan.
Enss, Paul.
2003 The Moody Handbook of Theology, Jilid 1, Malang, SAAT.
Barth, Marie Claire. & Pareira,B.A.
2008 Kitab Mazmur 1-72; Pembimbing dan Tafsirannya. Jakarta, BPK Gunung Mulia.
Dahood, Mitchell
The Anchor Bible Psalm 1, 1-50; Introduction, Translation and Notes (New
Poerwadarminta, S. J. W.
1976 Kamus Umum Bahasa Indonesia. [Jakarta: Balai Pustaka, 1976]),
Bright, John.
1992 "The Apodictic Prohibition: Some Observations," JBL (1992).
Laney, J. Carl.
1981 “A Fresh Look at the Imprecatory Psalms” BSac—Vol 138 # 549—(Jan 1981),
Allen, Ronald B.
1981 Theological Wordbook Of The Old Testament Volumes 1 & 2, Editor ; R. Laird Harris, Chicago, Moody Press.
Taylor, S.S.
1962 The New Bible Dictionary, Wheaton, Illinois, Tyndale House Publishers.
Ryken;Leland & Wilhoit,James C. & Longman III, Tremper
2000 Dictionary of Biblical Imagery, Downers Grove, Ill, InterVarsity Press.
Stringer, J.H.
2002 Ensiklopedu Alkitab Masa Kini Jilid I. Jakarta, Yayasan Bina Kasih/ OMF.
W.W.Wessel,
2002 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/ OMF.
[1]Pembagian ini bermula dari LXX yang telah ada thn 300SM. Pembagian ini mengikuti pembagian lima kitab Pentateukh. (Peter C. Craigie, Psalms 1-50, Word Biblical Commentary, Vol.19, [Dallas, Texas: Word Books, 1998]), 30-31. Lihat juga (C. Hassell Bullock, Encountering the Book of Psalms; Literary and Theological Introduction (Grand Rapids: Baker Academic, 2001), 23.
[2]Walter C. Kaiser, The Journey isn’t Over: The Pilgrim Psalms for Life’s Challenges and Joys (Grand Grand : Baker Book House, 1993), 13.
[3]These books are marked off by doxologies consisting of priestly benedictions, “Praise be to the LORD,” and the congregation's responses, “Amen,” at the end of Ps 41, 72, 89, 106. (Wilson, 183-86). (Bruce K. Waltke, “Pslams” dalam New International Dictionary Of Old Testament Theology And Exegesis. General Editors Willem A. Vangemeren [Grand Rapids. Zondervan, 2001]), 586. Zondervan Software electronic. Bandingkan juga dengan, (Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, [Malang: Gandum Mas, 1998]), 454.
[4]J.G.S.S. Thomson, “Mazmur, Kitab” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 2002), 42.
[5]John W. Baigent, “THE PSALMS (1-72)” dalam New International Bible Commentary. Editor F.F. Bruce (Grand Rapids: Zondervan , 1979), Software electronic.
[6]The notice in 2 Chron 29:30 suggests that two collections, “the words of David” (cf. Ps 3-41, except 33). (Waltke, “Pslams”)
[7]Masalah introduksi sebuah mazmur – biasanya menginformasikan jenis dan judul mazmur, instrumen yang dipakai dan rujukan sejarah. Introduction: an invotation to the psalms (Tremper Longman III, How to Read the Psalms [Downers Grove: Inter Varsity Press, 1988]), 11.
[8]David L. Thompson, “Psalms” dalam Asbury Bible Commentary, Ed. By Eugene E. Carpenter & Wayne McCown [Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1992]). Electronik software Pradis Ver. 05.
[9]Daud dikenal sebagai seorang pemusik yang ahli dengan suara yang menyenangkan (1Sam. 16:15-23). Diperkirakan ia telah menciptakan bukan hanya lagu tetapi juga alat music. Nyantiannya mempunyai kemampuan menenangkan hati dan hal itu terbukti untuk Saul dan Yonatan. (2Sam.1:19-27). Daud juga menyanyikan lagu ratapan untuk Abner (2Sam 3:33). Daud diakui sebagai orang yang diurapi oleh Tuhan ketika menulis mazmur. Dia mempunyai perasaan dan imaginasi yang kuat. Daud diakui sebagai penyembah YHWH yang kuat dan kehidupannya menunjukkan bahwa dia mengabdikan diri kepada Allah Israel. Baik dalam keadaan bahaya maupun ketika kecewa. Daud memperoleh kekuatan di dalam YHWH, Allahnya (1Sam.16:13; 2Sam. 23:1-3; Mat. 22:43; 30:6). (Herlise Y.Sagala, Diktat Kuliah Pasca Sarjana Tafsir Mazmur [Batu: Institut Injil Indonesia, 2010]), 14.
[10]The notation dwId'l] (ledawid) appears on seventy-three psalms (3-9, 11-32, 34-41, 51-65, 68-70, 86, 101, 103, 108-10, 122, 124, 131, 133, and 138-45)! Linked in some cases with specific situations from the life of David, they obviously intend now to convey authorship.(Thompson, “Psalms”)
[12]Longman III, How to Read the Psalms , 40.
[13]Kata depan l bisa berarti (kepada, untuk; general relative (nominal) ; general relative (verbal) ; dative ; direction ; possession ; marking the definite direct object ; subject of passive. (Bible works ver.07)
[14]Pendahuluan mencakup identitas penulis, jenis mazmur, keterangan historis, petunjuk musik dan penggunaan dalam ibadah tertentu. Ada tiga alasan utama mengapa bagian ini dianggap penting: (1) penggunaa kata ganti orang pertama tunggal di introduksi dan isi mazmur; (2) semua keterangan historis hanya berkaitan dengan Daud; (3) sebagian besar isi menunjukkan bentuk dan tata bahasa yang sangat mirip. (Longman III, How to Read the Psalms,), 40.
[15]Waltke, “Pslams”,… 587.
[16]Peter C. Craigie, Word Biblical Commentary, Volume 19: Psalms 1-50, Editor. John D. W. Watts (Dallas, Texas: Word Books, Publisher,1998).
[17]Tradisi Daud, musisi dan pemazmur (cf. 1 Sam 16:18, 23; 18:10, 2 Sam 23:01; Amos 6:5) adalah sangat tertanam dalam Perjanjian Lama, dan tempat yang lebih mendalam daripada di Mazmur, di mana tujuh puluh dua mazmur yang berhubungan dengan namanya, dengan sub-kelompok khusus yang terkait dengan superscriptions mereka untuk pengalaman dalam kehidupan Daud. (Robert P. Gordon, “David” dalam New International Dictionary Of Old Testament Theology And Exegesis. General Editor Willem A. Vangemeren (Grand Rapids Zondervan Publishing House, 2001), 356. Zondervan Software electronic
[18]Catatan kaki di Alkitab versi. NKJV, (Nashville, TN: Thomas Nelson Publishers) 1998.
[19]“superscription”,sebagai introduksi mazmur berarti rujukan historis yang bermanfaat untuk melihat setting asli mazmur, sehingga umat Allah mampu membuat perbandingan dan memiliki pedoman untuk mengaplikasikan mazmur tersebut dalam kehidupan mereka. Misalnya menentukan kategori pujian, ratapan dah hikmat (Hill & Walton, Survei Perjanjian Lama,… 449.
[20]Longman III, How to Read the Psalms,…12.
[21]Hill & Walton, Survei Perjanjian Lama,…, 451.
[22]Ibid, 454.
[23]Baigent, “THE PSALMS (1-72)”
[24]Longman III, How to Read the Psalms, 52.
[26]Willem A. Vangemeren, “Psalms” dalam Zondervan Niv Bible Commentary Vol 1. Editor Kenneth L. Barker & John Kohlenberger III (Grand Rapids: Zondervan,2001) softwere electronic.
[28]Mazmur ratapan adalah ungkapan-ungkapan pembenaran pribadi, hukum-hukum ditimpahkan kepada orang fasik, permohonan keadilan Ilahi. (Robert B. Chisholm, Jr., “Theologi Kitab Mazmur” dalam A Biblkical Theology of the Old Testament Editor Roy B. Zuck [Malang: Gandum Mas, 2005]), 506-507.
[29]Hermann Gunkel, The Psalms; A Form Critical Introduction (Philadelphia: Fotress Press, 1972), 19-20.
[30]Longman III, How to Read the Psalms, 95.
[31]Chiasme, named from the Greek word chiazein letter chi (c), arranges elements in an “x” or inverted pattern: abc//c'b'a'. Chiasm most often appears and is most easily discernible at the clause level in bi- or tricola where grammatical elements are arrayed chiastically, as in Ps 26:4, here divided and rearranged to reflect the Hebrew text. (Robert L. Alden, “Chiastic Psalms III A Study In The Mechanics Of Semitic Poetry In Psalms” JETS 21/3 [September 1978]), 200. Bandingkan juga dengan (Bullock, Encountering the Book of Psalmsi), 77.
[32](“walk in integrity”), thus forming an inclusio for the psalm as a whole. The intervening verses contain a mixture of prayer and affirmation of innocence (vv 2–10). (Craigie, Word Biblical Commentary,)
[33]what we have been calling a type is more formally know as a genre. genre refers to a group of texts similar in their mood content, struktur or phraseology (Longman III, How to Read the Psalms,… 20.
[34]Ratapan merupakan kelompok mazmur yang paling besar di dalam kitab Mazmur. Ada lebih dari 60 mazmur ratapan perorangan dan ratapan gabungan. (Gordon D. Fee & Douglas Stuart, Hermeneutik; Bagaimana Menafsirkan Firman Tuhan dengan tepat [Malang: Gandum Mas, 2000]), 204.
[35]The majority of the prayer songs of the individual carry the theme of deliverance from accusation and persecution (Pss 3-5, 7, 9-13, 17, 22, 25-27, 31, 35, 42, 43, 54-59, 62-64, 69-71, 86, 94, 109, 120, 139-43). (Patrick D. Miller, Jr., Interpreting Psalms [Philadelphia: Fortress Press, 1986]), 489.
[36]Ibid
[37]Craigie, “Psalms 1-50”WBC,
[40]Ps 26 as an individual lament, placing it in the sub-category psalms of innocence (Gunkel, The Psalms), 19.
[41]Kata ganti orang ynIa] (anokî): orang pertama tunggal maskulin, dan penggunaan akhiran ganti sufiks yn sebagai personal pronouns. (T.G.R. Boeker, Bahasa Ibrani [Batu, Institut Injil Indonesia, 1993]), 63, 92.
[43]Longman III, How to Read the Psalms, 21.
[44]An individual lament or psalm of innocence (see on Ps. 7; cf. Pss. 5:17). (Baigent, “THE PSALMS”)
[45]Gunkel, The Psalms , 19-20; Bullock, Encountering the Book of Psalms, 68. Bandingkan dengan (Richard J.Clifford, “Mazmur” dalam Tafsir Perjanjian Lama [Yogyakarta: Kanisius, 2002]),429-430.
[46]David requests to be judged and punished by God himself. (Avrohom Chaim Feuer, Tehillim : A New Translation With A Commentary Anthologized from Talmudic, Midrashic and Rabbinic Sources [New York: Mesorah Publications, 1979]), 319.
[47] Thompson, “Psalms”
[48]Craigie, “Psalms 1-50”WBC,
[49]Ibid,
[50]Vangemeren, “Psalms”
[52]Nama pribadi Allah yang sangat penting dalam PL yang muncul sebanyak 6.800 kali. (Paul J. Achtemier, Harper’s Bible Dictionary, [San Francisco: Harper and Row, 1985]). Kata Ibrani hwhy tetragammaton ekspresi empat huruf (YHWH) sebagai nama pribadi Allah Israel yang mulanya diberikan Allah kepada Israel melalui Musa (Kej. 3:14) hy–<h]aâ, rv¢,a} hy™<h]aâ,, dalam terjemahan bahasa Inggris “I AM WHO I AM.”(Terence Fretheim, “Yahweh (hwhy [yhwh],” dalam New International Dictionary Of Old Testament Theology And Exegesis. General Editors Willem A. Vangemeren [Grand Rapids. Zondervan, 2001]) Software electronic. Terjemahan versi ASV “Jehovah” yang merujuk kepada “TUHAN” untuk membedakan dengan “Adonai.” Orang Yahudi memakai nama “Adonai” karena sangat mengsakralkan nama YHWH nama “perjanjian.” (Paul Enss, The Moody Handbook of Theology, Jilid 1 (Malang: SAAT, 2003), 242.
[53]Gunkel, The Psalms , 20.
[54]Chrisholm, Theologi Kitab Mazmur, 464.
[55]Hill & Walton, Survei Perjanjian Lama, 462.
[56]Chisholm, Jr., “Theologi Kitab Mazmur”, 491-499.
[58]Marie Claire Barth & B.A. Pareira, Kitab Mazmur 1-72; Pembimbing dan Tafsirannya (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2008), 314.
[60]Feuer, Tehillim : A New Translation With A Commentary, 318.
[61]Craigie, “Psalms 1-50”WBC,
[62]Mitchell Dahood, The Anchor Bible Psalm 1, 1-50; Introduction, Translation and Notes (New York: Doubleday & Company, 2001), 161.
[64]Feuer, Tehillim : A New Translation With A Commentary, 319.
[65]Ibid
[67]Ibid
[70]Kata benda “Integritas” yang berarti kesempurnaan, kesatuan, keterpaduan, ketulusan. (S. J. W. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. [Jakarta: Balai Pustaka, 1976]),
[71]Dahood, The Anchor Bible Psalm , 162.
[72]The opening prayer for vindication includes the author’s claim to integrity, but he realizes the need to submit himself to the divine scrutiny (vv. 1-3). Baigent, “THE PSALMS (1-72)”
[73]Sintetik Paralelisme artinya pemikiran dalam anak kalimat pertama tidaklah diulangi, melainkan disempurnakan, dilengkapi dengan anak-anak kalimat.
[74]Craigie, “Psalms 1-50”WBC,
[75]Barth & Pareira, Kitab Mazmur 1-72,… 314.
[76]Vangemeren, “Psalms”
[77]Barth & Pareira, Kitab Mazmur 1-72,…315.
[78]Craigie, “Psalms” WBC,
[79]Jamieson Fuisset Brown Commentary, Power BibleCD is Copyright 2002 Bronson.
[80]Craigie, “Psalms 1-50”WBC,
[82]Ibid
[84]Bullock, Encountering the Book of Psalms, 22.
[87]istilah-istilah mendasar yang muncul dalam satu kalimat yang biasanya berupa kata atau frase yang membentuk bagian-bagian pemikiran yang lebih luas. Contoh: Mazmur 26:2 [ Ujilah aku ya Tuhan dan cobalah aku; Selidikilah batinku dan hatiku
[88]kata-kata yang memiliki bunyi serupa/hampir sama dan bentuk kata yang sama (verb qal imperative masculine singular suffix 1st person common singular). Mazmur 26:2.
[89]Yusif adalah perintah tidak langsung atau kalimat permintaan yang disesuaikan dengan konteks, seperti menyatakan pilihan permintaan, yang sering dipakai dalam doa kepada Tuhan atau pada saat memohon sesuatu misalnya; “kiranya, biarlah,...dsb” (John Bright, "The Apodictic Prohibition: Some Observations," JBL (1992), 201.
[90]J. Carl Laney, “A Fresh Look at the Imprecatory Psalms” BSac—Vol 138 # 549—(Jan 1981), 41.
[91]Vangemeren, “Psalms”
[94]Barth & Pareira, Kitab Mazmur, 314.
[95]Tradisi Daud, yang hidup dalam situasi musuh, baik yang ada dalam lingkungannya maupun yang ada di luar Israel adalah sangat tertanam dalam Perjanjian Lama. (Gordon, “David”.
[96]Catatan kaki di Alkitab versi. NKJV, (Nashville, TN: Thomas Nelson Publishers) 1998.
[97]Baigent, “THE PSALMS (1-72)”
[98]No. 233.0 xj'B' (b¹‰¹µ) I, trust in, feel safe, be confident, careless. (ASV similar. RSV usually similar but occasionally "rely on.") (Ronald B. Allen, dalam Theological Wordbook Of The Old Testament Volumes 1 & 2, Editor ; R. Laird Harris [Chicago: Moody Press, 1981]), 189.
[99]S.S. Taylor, “Faith, Faithfulness” dalam The New Bible Dictionary, (Wheaton, Illinois: Tyndale House Publishers, 1962), 244.
[100]Achtemier, Harper’s Bible Dictionary, 44.
[101]Faith, in the Bible trust in, or reliance on, God who is himself trustworthy. The nt and the Greek ot express the understanding of faith primarily with two terms (pistis, pisteuein), which are related to the primary ot verb ’to be true’ or ’be trustworthy’ (Õaman). The ot concept is considerably broader than this term and its cognates, yet Õaman remains the most profound expression to describe faith in the ot. (Achtemier, Harper’s Bible Dictionary), software electronic.
[102]Thomson, “Mazmur, Kitab”, 44.
[103]Leland Ryken; James C.Wilhoit,; Tremper Longman III, Dictionary of Biblical Imagery, (Downers Grove, Ill: InterVarsity Press,2000),8.
[104]Craigie, “Psalms 1-50”WBC,
[105]Barth & Pareira, Kitab Mazmur, 316.
[106]J.H. Stringer, “Kasih Karunia” dalam Ensiklopedu Alkitab Masa Kini Jilid I (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/ OMF, 2002), 526.
[107]Calvin, Commentary, 421. Lihat juga Mattew Hendry Commentary.
[108] DOXOLOGY : pujian bagi Allah. Kata ini berasal dari Greek, doksa’ yang berarti ‘kemuliaan’ yang menunjuk pada pujian yang ditujukan kepada Allah Tritunggal.
[109]Craigie, “Psalms 1-50”WBC,
[110]Vangemeren, “Psalms”
[111]Baigent, “THE PSALMS (1-72)”
[112]Dahood Psalms, 163.
[113]W.W.Wessel, “Berkat” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/ OMF, 2002), 185.
[114] Calvin, Commentary, 421.
Langganan:
Postingan (Atom)